Aku hancur,
ku terluka
Namun engkaulah nafasku
Kau cintaku, meski aku
Bukan di benakmu lagi
Dan ku beruntung sempat memiliki mu
*Yovie & Nuno ~ sempat memiliki
Yah, lagu ini adalah kenang-kenangan dari seorang cowok kocak dan gokil,
namanya Arfie. Terakhir kali kami telfonan, dia menyanyikan lagu ini sambil
main gitar, yeah.. walaupun rada-rada fales juga suara gitarnya.
Dan setelah itu, kami memang tidak ada menghubungi satu sama lain. Nomor
handphone dia juga sudah aku hapus dari kontak ku. Mau tidak mau, yah harus
mau.
Awal
perkenalan kami yah, gara-gara facebook.(kayak lagu dangdut). Arfie ini adalah
seorang penyiar di salah satu radio, dan aku suka banget dengarin radio ini.
Hingga pada akhirnya aku gabung group radio ini di facebook. Dan setelah
bergabung, selang beberapa hari ada seorang cowok inbox aku. Nama akun
facebooknya “Arfie Nafizar”. Aku bingung, siapa cowok ini langsung inbox dan
rada-rada sok kenal gitu kata-katanya. Dia inbox begini: “hey, kamu anak
semester 4 itu ya”
Aku reply saja “bukan, kau salah orang”
And dia reply again “masa sih, tapi aku yakin deh yang aku lihat di kampus tadi
emang kamu”
“ha? kapan kakak lihat aku? Eh, ini kak Arfie penyiar radio itu ya”
“iya, haruskah aku membentangkan spanduk biar kamu lihat aku di kampus?”
“harus dong, jangan lupa di spanduknya di tulis “SLANK” hahahaha”
Yah,
begitulah awal perkenalan kami. Dan dia ternyata kakak tingkat ku di kampus.
Tiap hari, aku selalu chatting sama dia. Anaknya memang asyik sih, gokil pula.
And dia ini penggemar berat Liverpool. sedangkan aku sendiri, pecinta
Manchester United. Jadilah kami selalu nyambung kalau ngomongin soal bola. Dan
ini semua membuat kami jadi makin akrab. Walau di kampus kami cuma melihat dari
jauh saja, karena kelas kita seberangan. Huhu..
Dan, semua
ini membuat aku jadi takut. Yah, takut kalau nanti dia suka sama aku. Karena
bagaimanapun juga, aku sendiri sudah ada yang punya, dan kekasihku itu sekarang
sedang kuliah di luar kota. Aku dan dia menjalani hubungan jarak jauh selama 3
tahun.
Dan
kedekatanku dengan Arfie, tentu saja tidak diketahui olehnya. Tapi aku tetap
saja was-was, karena kakak dari kekasihku ini satu kelas dengan Arfie di
kampus, dan mereka juga berteman akrab.
Dan hal yang
aku takuti, akhirnya terjadi juga. Arfie nyatakan perasaannya ke aku. Dan aku?
Hah, bodohnya aku ini, kenapa aku juga suka sama Arfie.
Dan
akhirnya, Arfie tahu kalau aku sudah punya cowok. Tapi dia tetap sayang,
walaupun semenjak dia tahu hal itu, dia sempat nggak ada hubungin aku lagi.
Dan aku pun
berusaha buat lupain dia, tapi ternyata nggak semudah yang di bayangkan. Karena
di kampus, tanpa disengaja kami sering bertemu. Dan kadang saling curi pandang
lewat jendela kelas masing-masing. Sampai akhirnya, dia kembali kirim sms ke
aku
“entah
kenapa, dari tadi aku memikirkan kamu terus, maaf”
Semakin
sakit rasa hatiku baca pesan singkat dari dia. Dan setelah sms itu, kami jadi
komunikasi lagi, dan akrab lagi, walaupun dia tahu, aku ini milik orang lain.
Dan
akhirnya, aku kembali berhenti komunikasi dengan dia, semua ku lakukan demi
keutuhan cintaku dengan kekasihku. walaupun memang berat untuk melupakan Arfie.
Dan malam
itu aku iseng dengar radio. Dan ternyata, Arfie yang lagi siaran, dan di sela
cuap-cuapnya itu dia bilang malam itu mau berangkat ke Bandung. Wow, mau
ngapain ya dia ke sana? Tanyaku dalam hati. But, siapa gue gitu harus tahu mau
ngapain dia ke Bandung. Ya udah, tutup mulut aja deh.
Dan selama 4
hari dia nggak masuk kuliah. Jadi nggak semangat aku, sepi juga nggak ada yang
di lihatin di kelas seberang.
Dan bebarapa
hari kemudian, saat aku siap-siap ke kampus, aku dapat sms dari Arfie
“kamu dimana”
“di kampus” jawabku singkat
“aku tunggu di gerbang kampus yah, aku mau ketemu sebentar, ada sesuatu yg mau
aku kasih ke kamu”
Wow banget aku dapat sms dari dia. Aku fikir sudah bisa lupain aku, tapi
ternyata malah ngajak ketemuan.
Sampai di
kampus, ternyata kelasku sudah ada dosen. Aku sms aja dia
“kelasku udah ada dosen nih”
And dia reply
“ya udah, ntar kalau kamu duluan pulang tunggu aku di gerbang ya, jangan pulang
dulu”
“oke”
Dan ternyata
benar, kelasku duluan pulang. Jadi deh aku nunggu dia di gerbang. Tapi
lama-lama bete juga, akhirnya aku pindah tempat deh ke depan kampus.
Nggak lama kemudian dia sms
“dimana?”
“aku di depan kampus”
Tidak lama kemudian, dia datang dan memanggil aku. Aku kemudian mendatangi dia
“ini buat kamu”. Kata Arfie
“apa ini?”
“udah ambil aja, aku duluan ya” kata Arfie yang langsung pergi meninggalkan
aku.
Aku masih saja bengong dengan sesuatu yang ada di tanganku sekarang ini, sambil
ngeliatin Arfie yang senyum dari kejauhan.
Gantungan
kunci Manchester United? Oleh-oleh dari Bandung nih?
Aku pun
bergegas pulang.
Dan setelah pemberian kunci itu lah terakhir kali aku komunikasi dengan dia.
Sampai pada akhirnya aku lihat berita di facebook, kalau dia berpacaran dengan
seorang cewek yang berasal dari luar pulau. Jujur, sempat jealous juga membaca
berita itu, tapi siapa aku sampai harus jealous, harusnya aku senang, karena
dia sudah dapat pengganti aku. Dan aku, langsung delete nomor handphone Arfie.
Mungkin dia juga begitu.
Dan sejak
saat itu, aku fokus dengan hubunganku sendiri. Dan, malapetaka itu akhirnya terjadi
juga. Entah dapat berita dari siapa, kekasihku tahu tentang kedekatanku dengan
Arfie. Dia marah, sedih dan kecewa denganku. Dan aku, merasa jadi orang paling
bodoh sedunia karena sudah menghancurkan kepercayaan kekasihku sendiri. Dan
untungnya, kekasihku mau memaafkan ku, dan hubungan kami masih berjalan hingga
saat ini.
Aku
benar-benar menyesal sudah menyakiti hati seorang pria yang tulus cinta padaku.
Dan cinta memang harus memilih, karena hati itu sepasang, hanya ada aku dan
kamu, dua, bukan tiga. Aku berharap Arfie juga bisa segera melupakan aku, dan
membuang jauh semua kenangan yang pernah terjadi antara aku dan dia.
Karena cinta, memang harus memilih
Cerpen
Karangan: Elita Nur Fhadillah
Facebook: Lita Nur Fhadillah
Siapa sih
yang bisa ngelupain “First Love”? ah.. pastinya nggak ada. Aku inget banget,
waktu itu jalan sama teman, terus tiba-tiba ada dia. Dia itu temannya temanku,
habis itu kenalan deh, sudah kenal, kenal baik,.. jadian deh. Eitz.. enggak
seindah itu ceritaku. Walaupun tiap hari kita ngobrol chatting sms-an, bahkan
sampai curhat segala, tapi dia enggak pernah menganggapku lebih. Aku nggak tau
dia suka aku apa enggak. Tapi bagiku dia adalah cinta pertamaku. Huuh,
sayangnya waktu enggak memihak kepadaku. Kita sudah sibuk dengan kesibukan
masing-masing. Kita lost contact lama banget hingga suatu hari kita bertemu
lagi. Aku kira ini pertemuan, tapi sekali lagi ini perpisahan.
Sore itu
jalanan sepi karena cuaca waktu itu memang sedang mendung, tapi tetep saja aku
enggak berani menyebrang sendiri, so aku putuskan untuk lewat jembatan
penyebrangan. Baru saja aku menaiki satu anak tangga, eh aku lihat di atas ada
seseorang yang aku rasa berusaha untuk lompat dari atas jembatan. Dengan cepat
dan nafas tersengal-sengal aku naiki anak tangga lalu aku segera meraih
tangannya. “Ian!” aku tertegun sejenak. Saat ku genggam tangannya erat, dia
memelukku. Aku berkata dalam hati, jangan lepaskan. Setidaknya lebih lama lagi,
kumohon.
Perlahan aku
mulai bertanya sedang apa dia disini, lalu dia menceritakan semuanya. Seseorang
yang dia sebut namanya Mila, seseorang yang sangat ia cintai selingkuh dengan
seseorang yang ia juga sangat sayangi, yang namanya Dedy. Dia berkata,
bagaimana bisa dua orang terpenting dalam hidupku menghianatiku?
Sambil
menyeka air mata di pipinya, dan sebagai teman yang baik aku menasehatinya.
Bunuh diri itu enggak baik. Dan bunuh diri juga enggak akan menyelesaikan
masalah ‘karena dunia ini enggak akan indah tanpa masalah. Memang sangat berat
masalah yang kamu hadapi. Tapi aku yakin semua masalah itu ada hikmahnya.
Setiap orang punya masalah. Dan kadang masalah itu ada untuk membuat kita lebih
kuat dari sebelumnya karena setiap masalah itu adalah pelajaran untuk kita di
masa yang akan datang. Tidak apa bila hari ini kamu hancur, karena besok hari
cerah akan menyambutmu. Lalu dia tersenyum dan berterima kasih. Setelah itu
kita berpisah “lagi”. Sembari melihatnya pergi aku berkata dalam hati, I can
leave you with other girl, but I can’t leave you dead. As long as I know you’re
okey, im fine.
Cerpen
Karangan: Agus Purnamasari
Facebook: https://www.facebook.com/loveDBA4ever
Keinginanku masih sama, yaitu suatu saat semua cerpenku difilmkan, karena aku
ingin menginspirasi banyak orang dengan kisah-kisah yang aku tulis :)
KADO TERAKHIR UNTUK SAHABAT
Cerpen Karya Indra Dwi Putra
Lima hari
sebelum kawanku pindah jauh disana. Selepas makan siang, aku langsung kembali
beranjak ketempat aku bermain dengan sahabatku.
“hei, kemana saja kamu? Daritadi aku nungguin” Tanya sahabatku yang bernama
Alvi. “tadi aku makan siang dulu” jawabku sambil menahan perut yang penuh
dengan makan siang “ah ya sudah, ayo kita lanjutkan saja mainnya” sahut Alvi.
Tidak lama saat aku & Alvi sedang asyik bermain congklak, Rafid adiknya
Alvi datang menghampiri kami berdua.
“kak, aku pengen bilang” kata Rafid “bilang apa?” sahut Alvi penasaran “kata
bapak, sebentar lagi kita pindahan” jawab Rafid “hah? Pindah kemana?” tanyaku
memotong pembicaraan mereka “ke Bengkulu” jawab Rafid dengan singkatnya “ya
udah kak, ayo disuruh pulang sama ibu buat makan siang dulu” ajak Rafid ke Alvi
“iya deh.. ehm.. Alma, aku pulang dulu ya aku mau makan siang” ujar Alvi “eh,
iya deh aku juga mau pulang kalau gitu” sahutku tak mau kalah.
Sesampainya
dirumah aku langsung masuk kedalam kamar & entah kenapa perkataan Rafid
yang belum pasti tersebut, terlintas kembali ke pikiranku. “Andai perkataan
tersebut benar, tak terbayang bagaimana perasaanku nanti” ujarku pada cermin
yang menatapku datar “sudahlah daripada aku memikirkan yang belum pasti lebih
baik aku mendengarkan musik saja” ujarku kembali sambil beranjak mengambil mp3.
Tak lama kemudian aku mendengar sebuah pembicaraan, yang aku tau suaranya sudah
tak asing lagi bagiku yaitu orang tuaku & orang tua Alvi sahabatku. Aku
mencoba mendekati pintu kamar untuk mendengarkan pembicaraan itu. Tak lama
tanganku keringat dingin, aku sudah mendapatkan inti pembicaraan ternyata benar
apa yang dikatakan Rafid pada Alvi tadi siang bahwa mereka akan pindah kurang
lebih sebulan lagi.
Lemas sudah tubuhku setelah mendengar kabar itu, tiba-tiba ibu mengetuk kamarku
& mengagetkanku yang sedang bingung itu. *Tok3X… “Alma, kamu mengunci pintu
kamarmu ya” Tanya ibu sambil mencoba membuka pintu “enggak kok” jawabku dengan
lemasnya “kamu kenapa.. ayoo buka kamarmu!!” teriak ibu “iya.. sebentar” sahutku
sambil membuka pintu.
“ngapain kamu mengunci kamar?” Tanya ibu.
“gak knapa2… tadi aku memang lg duduk didepan pintu” jawabku sambil menoleh
keruang tamu yang berhadapan dengan kamar tidurku.
“ya sudah, tadi orang tuanya Alvi bilang kalau mereka ingin pindah bulan depan”
“iya, aku sudah tau” sahutku kembali ke kamar tidur.
“oh kamu tidak sedih kan?” Tanya ibu yang menghampiriku.
“…” tak kujawab pertanyaan ibu.
“hm.. sudahlah tak usah dibahas dulu.. sana tidur siang dulu biar nanti malam
bisa mengerjakan PR” ujar ibu sembari mengelus elus rambutku.
“iya…” jawabku singkat.
Esoknya tepat dihari Minggu, matahari pagi menyambutku. Suara ayam berkokok dan
jam beker menjadi satu. Tetapi, aku tetap saja masih ingin ditempat tidur.
Sampai sampai ibuku memaksaku untyk tidak bermalas malasan.
“Alma, ayoo bangun.. perempuan gak baik bangun kesiangan” ujar ibu sambil
melipat selimutku. “sebentar dulu lah.. aku masih ngantuk” sahutku sambil
menarik selimut ditangan ibu. “itu Alvi ngajak kamu main.. ayoo bangun!!” ujar
ibu kembali sambil mengeleng gelengkan kepala. “oh oke oke” sahutku semangat
karena ingat bahwa Alvi akan pindah sebulan lagi. Lalu, aku langsung beranjak
dan segera lari keluar kamar tidur untuk mandi & sarapan. Setelah itu Alvi
tiba-tiba menghampiri rumahku
“Assalamualaikum, Alma!!” panggil Alvi dari depan rumah.
“walaikumsallam, iya!!” sahut ibuku yang beranjak keluar rumah.
“oh ibunya Alma, ada Alma nya gak?” Tanya Alvi.
“Alma nya lagi sarapan, sebentar ya tunggu dulu aja. Sini masuk” jawab ibuku.
“iya, terimakasih” sahut Alvi.
Ketika aku sedang asyik asyiknya sarapan, Alvi mengagetkanku.
“Alma, makan terus kau ini” ujar Alvi sambil tertawa. “yee, ngagetin saja kamu
ini. Aku laper tau” sahutku sambil melanjutkan sarapan. “kok gak bagi-bagi aku
sih” Tanya Alvi sambil menyengir kuda. “kamu mau, nih aku ambilin ya” jawabku
sambil mengambil piring. “hahaha.. tidak, aku sudah makan, kau saja sana
gendut” sahut Alvi sambil tertawa terbahak bahak. “ ya sudah” jawabku kembali
sambil membuang muka. Tak berapa lama kemudian, sarapanku habis lalu Alvi
mengajakku bermain games.
“sudah kan, ayoo main sekarang” ajak Alvi semangat.
“aduh, sebentar dong. Perutku penuh sekali ini” sahutku lemas karena kebanyakan
makan.
“ah ayolah, makanya jangan makan banyak-banyak. Kalau gitu kapan mau dietnya”
ujar Alvi menyindirku.
“ya sudah ya sudah.. ayoo mau main apa?” ajakku masih malas.
“Vietcong yuk tempur tempuran” jawab Alvi semangat seperti pahlawan jaman dulu.
“hah, okedeh” sahutku sambil menyalakan laptop milik ayah.
Kemudian, aku dan Alvi bermain games kesukaan kami berdua. Kami bermain
bergantian, besar besaran skor, dll tidak berapa lama ibunya Alvi memanggilnya
untuk pulang. “Assalamualaikum, ada Alvinya gak?” Tanya ibunya Alvi sambil
tersenyum denganku. “ada-ada.. Alvi! ibumu mencarimu” kataku kepada Alvi yang
sedang asyik bermain. “iya.. sebentar lagi, emangnya kenapa?” Tanya Alvi. “aku
tidak tau, sana kamu pulang dulu. Kasian ibumu” ujarku sambil mematikan
permainan. “huh… iya iya” sahut Alvi beranjak pulang kerumahnya.
Tak berapa lama, Alvi mengagetkanku saat aku sedang asyik melanjutkan permainan
yang sedang aku mainkan. “Alma!!” panggil Alvi sambil menepuk pundakku. “Apa??”
jawabku kaget. “aku pengen bilang sesuatu nih, hentikan dulu mainannya” ujar
Alvi. “iya!!” jawabku agak kesal. “jadi gini.. dengarkan ya… ternyata aku akan
pindah 3 hari lagi” cerita Alvi. “hah? Kok dipercepat??” sahutku memotong
pembicaraan Alvi. “aku juga tidak tau, kau sudah memotong pembicaraanku saja.
Sudah ya aku harus pulang ini.. bye!” ujar Alvi beranjak keluar rumah.
“tunggu!! Kau serius??” tanyaku dengan penuh ketidak percayaan. “serius.. dua
rius malahan” jawab Alvi sambil memakai sandal. “oh ok.. bye!!” sahutku
kembali. Setelah Alvi pulang kerumahnya, aku langsung lari masuk kedalam kamar
& mengunci diri. Aku tidak tau apa yang harus kulakukan sedangkan sahabatku
sendiri ingin pindahan. Terlintas dipikiranku untuk memberikan Alvi sahabatku
sebuah kado yang mungkin isinya bisa membuat Alvi mengingat persahabatan antara
kita selamanya walaupun sampai akhir hayat nanti kita tak akan dipertemukan
lagi. Ku ambil buku diary & kutuliskan cerita-cerita persahabatanku dengan
Alvi. Tak lama kemudian , terpikirkan suatu hadiah yang akan kukasih dihari dia
pindahan nanti lalu, aku ambil uang simpanan yang kusimpan didompetku & ku
piker-pikir uangnya cukup untuk membelikan hadiah untuk Alvi.
Besoknya sehabis pulang sekolah, aku langsung berlari ke toko sepatu dekat
rumahku. Ku lihat-lihat sepatu yang cukup menarik perhatianku, tiba-tiba ada
seorang bapak-bapak yang menghampiriku.
“hai nak, kamu mencari sepatu apa?” Tanya seorang bapak yang menurutku adalah
pemilik took sepatu tersebut.
“i..iya pak, maaf ada sepatu futsal tidak?” tanyaku sambil celingak celinguk
kesegala rak sepatu.
“oh, ada kok banyak.. untuk apa? Kok perempuan nyari sepatu futsal?” Tanya
pemilik sepatu itu sambil tertawa melihatku yang masih polos.
“bukan untukku pak, tapi untuk sahabatku” jawabku dengan polosnya.
“teman yang baik ya, memangnya temanmu mau ulang tahun?” Tanya pemilik toko
itu. Entah kapan pemilik toko itu berhenti bertanyaku.
“iya” jawabku berbohong karena tak mau ditanya-tanya lagi.
“ok, sebentar ya. Bapak ambilkan dulu sepatu yang bagus untuk sahabatmu” ujar
pemilik toko sepatu itu sambil berjalan ke sebuah rak sepatu.
“sip, pak” sahutku.
Tak lama, si pemilik toko sepatu itu kembali sambil membawa sepasang sepatu
futsal.
“ini nak!!” kata pemilik toko sepatu itu.
“wah bagus sekali, berapa pak harganya?” tanyaku sambil melihat lihat sepatu
yang dibawa oleh si pemilik toko itu.
“bapak kasih murah nak untukmu.. ini aslinya Rp. 60.000 jadi kamu bayar
Rp.20.000 saja nak” jawab si pemilik toko itu sambil tersenyum.
“terima kasih banyak pak, ini uangnya” sahutku.
“iya nak, sama-sama” ujar sipemilik toko tersebut.
Setelah itu, aku kembali kerumah & mulai membungkus kado untuk Alvi.
Mungkin ini hadiahya tidak seberapa, kutuliskan juga surat untuk Alvi.
Malamnya aku masih memikirkan betapa sedihnya perasaanku nanti jika sahabatku
pindah pasti tidak bisa bermain bersama lagi seketika air mataku menetes &
tiba-tiba ibu mengetuk pintuku. “Alma, ayo kerjakan dulu PRmu nanti kemalaman”
ujar Ibu dari depan pintu kamar tidurku. “i..iya” sahutku sambil mengelap
tetesan air mata yang membasahi buku yang sedang aku baca. Saat itu pikiranku
masih campur aduk entah harus senang, sedih atau apa. Aku tidak bias konsen
mengerjakan PR malam itu.
Besoknya disekolah, aku sering bengong sendiri sampai-sampai guruku bertanya
kenapa aku seperti itu. Ku jawab saja dengan jawaban yang sangat singkat karena
aku sedang memkikirkan bahwa besok lah dimana aku akan berpisah dengan
sahabatku sendiri. Sepulang sekolah, aku langsung berlari memasuki kamar lagi,
mengurung diri hingga malam. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahku &
kuintip lewat jendela kamar. Tak lama kemudian juga Ibu memanggilku untuk
keluar kamar sebentar.
“Alma, ayoo keluar sebentar. Ada Alvi nih” ajak ibu sambil membuka pintu
kamarku.
“iya…” jawabku beranjak keluar kamar.
“nah kamu sudah disini, jadi begini besok kan Alvi mau pindah ayoo berpamitan
dulu” ujar ibuku.
“Alma!!” peluk ibunya Alvi kepadaku. “maafin tante sama Alvi beserta keluarga
ya jika punya salah sama kamu, ini tante ada sesuatu buat kamu” kata ibunya
Alvi sambil memberiku sekotak coklat.
“i..i..iya” sahutku tak bisa menahan perasaan & sejenak kuingat bahwa aku
juga punya hadiah untuk Alvi.
“Alvi, ini ada hadiah buat kamu. Terima ya” ujarku mulai menangis.
“iya. Alma jangan nangis dong” jawab Alvi.
“aku..” sahutku semakin sedih.
“sudah kamu tidak usah sedih nanti suatu saat kalian bisa ketemu kembali kok,
ibu yakin” kata ibu sambil menghapus air mataku.
“ya udah, Alma jangan nangis ya… oh iya ini tante kasih no telp. Tante biar
nanti kalau Alma kangen sama Alvi bisa sms atau telepon ya” ujar ibunya Alvi
sambil menghapus air matanya pula yang hendak menetes.
“iya..” jawabku sambil masih menangis.
Malam pun tiba, Alvi dan keluarganya pun berpamit & harus segera pulang.
Aku pun kembali ke tempat tidur & mulai menangis. Ku gigit bantal yang ada
didekatku tak tahan aku melihat hal tadi.
Esoknya, tepat dipagi hari. Suara mobil kijang mengagetkanku & bergegas aku
keluar. Ku lihat Alvi & keluarganya sudah bersiap-siap untuk berangkat,
tubuhku mulai lemas ibu pun mengagetkanku untuk segera bersiap siap sekolah.
Sebenarnya aku ingin tidak sekolah dulu hari itu tapi bagaimana juga pendidikan
yang utama. Aku bergegas kesekolah tapi sebelum itu, aku berpamitan dengan Alvi
lagi.
“Alvi!!” panggilku dari jauh.
“Alma!!” jawabnya sambil mendekatiku.
“jaga dirimu baik baik disana ya kawan, semoga banyak teman-teman barumu disana
& jangan lupakan aku” ujarku mulai meneteskan air mata.
“iya, kamu tenang. Kalau kamu sedih kepergianku ini tidak akan nyaman” sahutnya
sambil memberiku tissue.
“iya… terima kasih” jawabku kembali sambil menghapus airmata dengan tissue yang
diberikan oleh Alvi.
“oh iya Alma, thanks ya buat kadonya itu bagus banget… aku juga udah baca
suratnya… terima kasih banyak ya… akan kujaga terus kado mu” ujar Alvi
menatapku.
“iya.. sama-sama karena mungkin itu kado terakhirku untukmu kawan” sahutku
sambil tersenyum tak menunjukkan kesedihan lagi.
“kau memang sahabat terbaikku selamanya” kata-kata terakhir Alvi yang ia
ucapkan kepadaku. Disitulah aku berpisah & disitulah aku harus menempuh
hidup baru, juga makna dari sebuah persahabatan tanpa menilai kekurangan
seorang sahabat.
Kau yang merubah hati ku
Awal dari sebuah rasa manis akan tetap manis jika kita pintar megolah rasa
manis itu agar tetap manis. Cerita itu berawal pada sebuah hubungan antara
cewek manis yang sering disapa Indi dengan cowok yang sering dipanggil Ihsan.
Hubungan mereka yang telah berjalan hampir 9 bulan ini berawal mulus dan penuh
dengan bahagia.
Rasa pahit ini dimulai saat hari-hari sebelum ulang tahun aku diakhir bulan
awal tahun ini. Sebuah perubahan terjadi pada Ihsan. Waktu yang tak pernah ada
untukku membuatku sudah kehabisan kesabaran untuk selalu ngertiin Leo yang
sibuk berkerja,hingga hari liburpun ia tetap bekerja. Hingga 2 minggu sebelum
ulang tahunku,aku mengirim sebuah pesan panjang kepada Ihsan.
To : (085643xxx890) Ihsan sayang
Aku tak tau knp km berubah. Km lupa dgn semua janji hubungn kita. Aku rasa
ini puncak dari sebuah rsa sabarku. Aku ingin kita udahan aja,jalan ini mgkn yg
terbaik. Maaf utk smua dan maksh untuk hari2 lalu. Aku bukn berhnti mencintai
tpi aku ingin berhnti menyakiti hati.
Dengan rasa berat hati dan meneteskan air mata,aku mengirim pesan itu ke
dia. Namun seperti yang sudah aku duga,tak ada tanggapan dari Ihsan hingga satu
minggu sebelum ulang tahun.
Hari-hariku sangat berat saat ia sedang menghadapi ujian yang sedang
berlangsung di kampusnya aku juga harus menghadapi masalah dengan Ihsan
Saat aku berkeluh kesah dengan sahabat akrabnya yang suka dpanggil “Sipit”
namun ia juga tak memberi respon bahkan saat aku memulai cerita,
“pit,aku sebel deh ama Ihsan,aku dicuekin,sampe aku ngomong putus aja gak
direspon,pokonya akau penegen putus dari Ihsan ………….”
Belum selesai aku bercerita sipit langsung jawab dengan pernyataan juteknya
dan muka jelek, “udah ah mb Indi,aku mau pulang,capek aku”,sambil dia
meanarikku untuk pulang. Dengan rasa sedih aku menganggukkan untuk mengiyakan
agar sipit pulang.
Aku berjalan menuju tempat parkir motor sambil memikirkan,kenapa dengan
Sipit. Otakku ini penuh banget,Sipit jadi berubah, Ihsan juga gak kalah
berubah,ditambah ujian yang bakal dihadapi. Dalam hatiku cuma berucap “ ujian
hidup dan ujian kampus kok berat banget”. Aku mencoba menghubungi Pit berulang
kali namun jawaban dari operator selalu sama “nomor yang anda tuju sedang
sibuk”. Aku mencoba sms Sipit..
To : (085678901xxx) Sipit
LPit,kok sekarang kmu berubah,saat
ini kau butuh kamu pit
Sambil menunggu balasan dari Sipit aku berpikir apa Sipit juga punya
masalah jadinya gak mau dicurhatin. Tak berapa lama ada pesan masuk
dihandphoneku,dalam hati inginnya leo yang sms aku. Tap aku yakin pasti Sipit
yang balas.
Jreng,,dengan terkejut …
Dari : (085643xxx890) Ihsan sayang
Sayang aku lagi sibuk buat beberapa minggu ini.
Setelah baca ini ada rasa lega tersendiri ternyata dia sibuk tapi makan
hati juga kalau gini terus. Lalu tak berapa lama sipit menyusul membalas sms
dariku.
Dari : (085678901xxx) Sipit
Mb Ndi,sorry aku lagi irit pulsa,gak bisa balas smsmu.
Dengan rasa yang udah bercampur dihati sms mereka takku balas,dan membuang
handphoneku dari hadapanku. Jam dinding di kamarku yang udah nunjukkin pukul
23.00 WIB tapi mata susah banget dipejamin. Udah beberapa hari ini aku tidur
diatas jam 01.00 WIB. Tapi aku berusaha memejamkan mata namun handphone
berdering,sebuah lagu menjadi lagu tanda panggilan masuk. Aku tak ingin melihat
siapa yang menelpon malam gini,tapi telepon itu tidak berhenti berdering.
Ku coba melirik handphone dan melihat sebuah nama yang taka sing,karena
ternyata yang telepon itu adalah Ihsan. Dengan segera aku menganggat telepon.
“Assalammualaikum, Ndi”. Sebuah salam yang terdengar dari seberang namun
kali ini Ihsan berubah karena memanggilku Indi.
“Walikumsalam,gimana ada apa?” dengan gaya biasa karena tetep aku jaga
gengsi. Hehehe..
“kok belum tidur,Ndi”,dengan nada datar dan tanpa dosa.
“belum aja,belum ngantuk. Kamu sendiri kenapa belum tidur juga?”
“Kok panggilnya ‘kamu’ ?”. Ihsan ini paling gak suka kalau dipanggil ‘kamu’
walaupun lagi marahan.
Aku juga Cuma jawab singkat,”kamu ja panggil aku Ndi”.
Malam ini begitu dingin,sekalinya telepon seperti ini. Lama sekali kami
terdiam,entah apa yang dipikirkan oleh Ihsan saat ini.
“Em,tidur yuk,udah malam,nanti sakit.” sebuah ucapan manis dari Ihsan ini
lumayan menyejukkan hati kalau dia masih perhatian denganku.
Aku dengan sedikit menghilangkan gengsi,”ya udah tidur,besok kan kamu kerja
juga”
“ya udah,met malam ya”. Tuttt.. Tuttt..Tutttt …
Tiba-tiba telepon itu terputus,aku belum sempat membalas ucapannya. Bahkan
ucapan yang sering dilakukkan pun tiba-tiba hilang.
Aku tetap tidak bisa tidur,aku berpikir terus “apa yang kamu mau sih
Ihsan,putus gak dikasih jawaban,tapi masih perhatian”. Dengan gemasnya boneka
beruang yang pernah ia berikanpun jadi sasaran kemarahanku. Aku coba mengajak
bicara boneka itu,
“apa sih mau mu Ihsan?”
“aku ini masih pacaramu bukan?”
“aku bingung ma kamu”. Sambil kupukul-pukul boneka itu,”jawab dong,diem aja
kamu”.
Tiba-tiba air mata ini menetes perlahan dan dengan rasa sayang aku memeluk
boneka.
Dengan lirih aku berucap, “Ihsan aku sayang ama kamu,tapi kamu bikin aku
nagis terus.”
Pelukanku keboneka menemaniku hingga aku terbangun dari tidurku. Pagi cerah
ini dengan mata agak sedikit sembab mencoba untuk bersemangat ke kampus. Hari
ini bakal jadi jadwal yang paling bosen,kuliah dan rapat organisasi hingga
sore. Tapi aku berpikir ini mungkin cara menghilangkan rasa sedihku.
Seperti biasa aku janjian dengan Sipit di kampus karena beberapa mata
kuliah kami sama jadi kadang kami sekelas. Kami mendapat julukan “emak dan
anak” karena tiap Sipit dating duluan yang ditanyain aku begitu juga
sebaliknya.
Dari belakang mencoba mengagetkan Sipit,“dor…Pit,,,”
“yeee…mb Indi,kagetin aja. Gak sedih lagi ni?”
“udah enggak dong,kan males mikir orang yang gak mikir aku”
“kenapa Ndi mata kamu,dicium nyamuk apa semut cowok ni.hahahaha”. Dengan
gaya khas ketawa sambil matany merem sipit mengejekku.
“apaan sih kamu,Pit.. Ini mata sembab karena aku pompa,niatnya matanya biar
belok dan gak Sipit kayak kamu”. Sambil aku membuka mata dengan jariku dan
berlari karena aku ngejek Sipit.
Seketika itu pikiranku tentang Ihsan hilang, ya walaupun Sipit gak dengerin
ceritaku, setidaknya bisa bikin ketawa aku. Karena kami punya semboyan “Kita
gak sedih lagi,gak nangis lagi”. Itu Cuma kalimat dari lirik lagu Smash tapi
bisa bikin seneng.
Hari-hari berikutnya terasa cepat sekali,sampai gak inget kalau besok udah
hari ulang tahunku. Dan beberapa hari ini gak nyangka nama Ihsan hilang di
pikiranku,kita sama-sama gak saling smsan atau telepon.
Hari yang ditunggu namun bikin kecewa,semalaman aku tak tidur berharap
Ihsan bakal jadi orang pertama yang mengucapkan ulang tahun ini. Tapi aku gak
begitu peduliin itu,karena banyak sahabat,keluarga yang memberiku ucapan dan
lebih special.
Lebih malasnya lagi hari ini masuk kuliah,sesampainya disana. Sebuah
kejutan kecil dari temen-temen.
“happy bday to u,,,happy bday to u,,happy bday,happy bday,happy bday
Indi…..”
Sebuah donat kecil dan lilin diatasnya dibawa oleh Sipit untukku.
“Tiup lilinya mb Ind,tapi,,,make a wish dulu ya…”
Ku memejamkan mata dengan sebuah doa,dan saat ku buka mata ini ku meniup
lilin. Donat kecil itu ku potong kecil-kecil agar semua temen ikut
menikmati,walaupun dikit. Suapan pertama untuk sipit sambil cipika cipiki.
“Happy bday mb Indi”
“makasih sayangku”
Dan hari ini waktu itu cepat sekali,kejutan dan ucapan tak henti-hentinya
datang. Namun tak satu smspun dari Ihsan untuk mengucapkan ulang tahun.
Sekalinya aku lihat jam udah jam 17.00 WIB. Dan saatnya pulang kerumah dengan
rasa penuh kebahagiaan. Aku jadi mengerti arti sebuah persahabatan.
“balik yuk,Pittttt,udah capek ni seharian dan aku juga udah bosan kalau
ketemu kamu terus.heheheh..” sambil gemes ama pipinya yang chubby banget.
Dengan jengekelnya Sipit menarik tanganku,”sakit tauuu…hehehehe. Serius ni
bosan ma aku?hehehe”.
“iya,untung aja kuliah itu gak 24 jam,coba 24 jam bisa mati konyol ketawa
ma kamu terus.”
“Agh,nyebelin mb Indi ni,”dengan muka manyunnya.
“Tapi kalau ketawa sambil merem dan gak boleh manyun ntar tak tinggal
pulang lho”
“jangan,,nebeng sampe depan ya”,dengan muka melas dia dan senyum Sipitnya.
Dengan sikap hormat,aku menjawab “siap laksanakan boss..sipitnya mana
sipitnya”,aku mencoba masih menggodanya.
Aku dan sipit menuju parkir kampus untuk mengambil motor . Saat menuju
motorku aku heran kok ada sebuah kantong plastik yang tergantung dimotorku.
“Pit,tu ada plastik punya sapa ya?”
“Ya punya mb Indi dong,kan dimotor mb Indi”
“Tapi aku tadi gak bawa apa-apa,jangan-jangan…………..”
“jangan-jangan apa mb Indi?”
“jangan-jangan Bom Pit,kaburrrrrr…………”,aku langsung berlari berniat
ngerjain sipit yang kaget. Sipit juga ikut lari dan berterika,”Mb Indi tunggu”,
dengan nada manja anak kecil.
“mb Indi,liat aja yuk”
Kami mencoba kembali ke motor kami dan melihat isi kantong yang ada di
motorku itu.
Jrenggg……jrenggg… coba tebak apa isinya…
“Agh,flasdisk??”,aku dan sipit mengatakan hal yang sama.
“tau gitu aku nitip kamu aja biar,masak ngomong aja kita barengan”
“gak apa-apa mb Indi,kita itu emang ditakdirin bersama-sama”
“udah-udah,,kamu ntar GR malah berabe.” Sambil ku lihat kantong itu barang
kali ada yang lain,“maksudnya apa ya Pit ini?”
“gak tahu,coba dicari ada tulisan dari pengirim gak”
“Ini ada tulisan pit”,aku membaca sebuah memo kecil dari sang pengirim.
‘Indi,ini flas ada sesuatunya, dilihat pas pukul 20.20. gak boleh
dilanggar’
Dari : pengirim flasdisk
“mb In,jangan-jangan dalemnya ada Syahrininya,tu ada sesuatu”
“Hahahaha,,,kamu itu aneh-aneh aja,mana muat Syahrini masuk flasdisk”
Aku masih bingung dengan ini,maksud dan isi dari flas ini apa. Kulihat
sipit mebolak balik kantong itu.
“Kenapa pit,kok dibolak balik?”,anak satu ini aneh banget.
“ya ini kantong nyebelin mb In,gede kantongnya isinya Cuma flas. Gak ada
makanan atau apa gitu”
Sambil gemesin pipinya,”kamu itu,makan mulu….udah kita pulang. Jadi gak
sabar pengen liat isinya apa”
Setelah sepanjang jalan memikirkan isi flas,tak terlintas akan pikiran
tentang Ihsan. Seakan beberapa hari ini aku dibuat amnesia tentang Ihsan. Aku
juga tak mengenali tulisan tangan dari si pengirim. Sebuah tanda tanya besar
dipikiran ini belum terjawab.
Malam sudah mulai larut,berulang mata ini melirik jam dinding namun seakan
jam itu berputar sangat lambat. Sudah tek terhitung berapa kali mata ini
melirik untuk menunggu pukul 20.20. rasanya tunggu sesuatu yang bikin penasaran
itu sangat menyebalkan. Setelah menunggu beberapa saat sms masuk ke Hpku.
Dari : (085678901xxx) Sipit
Isinya apa mb Ind?
Aku segera mereplay sms sipit.
To : (085678901xxx) Sipit
Gak tau juga,ntar lagi aku buka.
Waktu yang ditunggu sudah datang,seperti anak yang mendapatkan hadiah aku
sangat begitu antusias untuk mengetahui isi flas itu apa. Langsung ku buka
dilaptopku dan hanya ada sebuah file yang berformat video. Bergegas aku membuka
video tersebut.
Sebuah video ucapan selamat ulang tahun dari Ihsan. Disitu Ihsan
menyanyikan lagu milik Ipang yang berjudul “Akhirnya Jatuh Cinta”,” Tak Ada
gantinya”, “Tanpamu” yang merupakan lagu favorit kita. Didalam video Ihsan
sambil bermain gitar menyanyikan lagu itu. Diakhir video itu Ihsan mengatakan
sesuatu yang sangat menyentuh.
“aku sekarang tau siapa yang harus aku perjuangkan,ternyata kau harus
memeprjuangkan kamu,bila cintaku dan cintamu bersatu aku yakin cinta ini kekal
dan abadi utnuk selamanya karena kamu semangat hidupku”
Diakhir kata-kata dari Ihsan membuat aku menagis terharu dan senyum
bahagia.
Beberapa saat kemudian ada yang mengetuk pintu rumah,sambil aku menghapus
air mata ini aku beranjak untuk membukakan pintu.
Saat kubuka pintu,sebuah kejutan yang termanis yang aku terima.
“Happy bday to u… Happy bday to u…..”
Aku terkejut karena Ihsan datang bersama SIpit dan SIput. Biar jelas,siput
ini adalah cowok Sipit,kita panggil Siput karena dia super karet dan lama kalau
ada janjian jalan-jalan. Kalau janjian pergi bareng jam 08.00,dia bisa baru
datang jam 10.00 karena kelamaan mandi.
Aku lanjutin ceritanya, Ihsan dengan membawa kue ulang tahun menyanyikan
lagu ulang tahun bersama Sipit dan Siput. Dengan segera aku memeluk Ihsan dan
memukul Ihsan karena aku sebel dan aku bahagia. Ihsan juga membalas pelukku
sambil membisikan “happy bday sayangku,”
“makasih sayangku”, Ihsan juga mencium keningku.Dan aku kembali memeluknya.
“Eehmmmmmmm….”,sipit ma siput mengagetkan kami.
“Halooo…lilinya mau cair ni,mau ditiup gak ni?”,sipit langsung aja nerocos.
“Iya dong,kan kueku,hahhahaa… tapi masuk dulu yuk,,”
Setelah beberapa saat aku mentiup lilin ulang tahunku dengan sebuah doa dan
ucapan terima kasih pada Allah karena udah ngembaliin Ihsan lagi. Untuk
beberapa saat aku sedikit manyun ama Ihsan.
“sayang itu nyebelin tau,cuekin aku”
“jangan salahin aku aja,tu sipit ma siput juga. Mereka juga ikut andil
dalam urusan ini”. Dengan segera aku menghampiri sipit m siput dan mencubit
mereka.
“dasar kalian berdua,sengkongkol ya”. Dengan muka tak berdosa mereka hanya
tertawa.
Dengan rasa kagen yang udah beberapa minggu gak manja-manjaan ma Ihsan. Aku
mencubit karena aku masih sebel dikerjain.
“aduh sayang,ampun,,,”,diraihnya aku dan dipeluk sama Ihsan.
“maaf ya sayang buat kemarin-kemarin. Tapi aku gitu karena kau sayang. Love
you sayang”
Dengan nada manja aku menjawab,”iya sayang. Love you too sayangku”
Untuk kedua kalinya,kami diganggu oleh sipit ma siput. “Hello,disini ada
kami” siput bersuara untuk kali ini.
“ayo mb Ind,dipotong kuenya,masak mau diliat aja”
“dasar tukang makan,iya,iya,,tak potong ya”
Dan lebih nyebelin lagi,kuenya ditulisin ‘happy bday Indi. Semoga cepat
gemuk’. Mereka itu ada –ada aja. Selanjutnya aku memotong kue.
Untuk potongan pertama aku memberikan kepada Ihsan. Dan sebuah kecupan
manis dikening untukku dari Ihsan.
Untuk potongan selanjutnya sipit dan siput. Kami bercanda sambil menikmati
kue ulang tahun.
“kok bisa kalian kerja sama,aku kasih tahu ceritanya dong”
Secara bersama-sama mereka tertawa,karena sudah berhasil mengerjain aku.
Cerita awal dimulai dari Ihsan, Ihsan mengajak siput dan sipit untuk
ngerjain aku. Dan semua skenario sudah dirancang. Sipit selalu memberi
informasi pada Ihsan tentang aku.
“sayang waktu malam itu aku telepon karena denger dari sipit kamu sedih
banget. Aku gak tega jadi aku telepon”
“aghh,,nyebeliin sayang tu”
“hahahahaaaaaaaaa….” Mereka menertawakan kebodohanku.
“terus yang kasih flas dimotorku?kan syang kerja,sipit ma aku terus,mesti
siput ya”,sambil tunjuk Siput.
Dengan senyumnya siput mengakui,”iya aku yang kasih flas kemotormu dan itu
tulisanku. Kan kamu belum pernah liat tulisanku”
“aghh,,dasar siput,kamu itu”
Dan semua kembali tertawa karena melihat kebodohanku. Aku Cuma cemberut dan
ikut ketawa.
Ternyata kejutan dari Ihsan belum berakhir.
“tutup mata sayang,gak boleh ngintip lho..”
“ada apa to?”
“ya udah tutup mata dulu,nanti kan tau. Tapi berdiri dong”
Aku mencoba menuruti semua kemauan dia dan aku penasaran apa yang akan
diberikannya,karena flas dan kue sudah menjadi kejutan yang teka terlupakan.
“udah belum sih,lama banget”,dengan sebel karena gak sabar pengen tahu.
“ok,sekarang dibuka perlahan ya…”
Sedetik kemudian aku membuka mata,sebuah kejutan yang manis. Ihsan
memberikanku sebuah cincin dan ia sambil berkata “mau kah kau berjanji untuk
selalu menjaga dan mempertahankan hubungan kita dalam keadaan apapun?”.
Dia bertanya seperti itu karena kalau diajak nikah aku gak mau jadi gak
mungkin kalimatanya “will you married me?” bakal langsung aku tolak,
Dengan rasa yang bahagia dan tak mampu berucap,aku hanya menganggukan
kepala sebagai isyarat aku mau. Dan Ihsan pun memakaikan cincin itu dijari
manisku. Dan sebaliknya aku. Setelah cincin ini tersemat di jari kami, Ihsan
memelukku dan mengatakan sesuatu padaku,
“aku janji akan menjagamu.”
Dengan rasa yang tak bisa ku ungkapkan aku menjawab dari ucapan dengan,”aku
juga berjanji hati ini untukmu”
Dan sipit mengagetkanku dengan ucapannya untuk siput,”sayang aku juga mau
kayak gini”
“hahahahhahah,,,”,kami semua tertawa dengan ucapan sipit.
Malam kian larut dan tak terasa jam udah nunjukkin pukul 23.00. semua pamit
untuk pulang. Namun aku sedih karena Ihsan juga pulang,aku masih pengen sama
dia. Rasa kangenku sama dia belum terobati. Namun waktu yang bicara.Mereka
akhirnya kembali kehabitat msing-masing(maksudku ke rumah masing-masing.)
“mb Ind,kita pulang dulu ya”,sipit dan siput bersalaman denganku untuk
pamit.
“ok,,makasih ya buat kalian berdua”
“sayang,aku pulang dulu ya,langsung bobo ja,udah malem,”
“iya sayang,syang juga langsung bobo. Hati-hati ya,,”
“iya sayang,love you sayang”,kecupan kening untukku.
“love you sayang”
“udah mb Ind,ntar gak selesai-selesai kalau cium peluk mulu,” sipit ngiri
ni,hehehe
“ya biarain,ni kan pacaraku,masak aku mau cium siput,boleh po?hahaha” aku
menggoda sipit.
“ya gak boleh kok”
“sayang awas aja ya,” aku langsung dapet peringatan dari Leo dan
Sipit.ahaahahah
Dan mereka pulang kerumah masing-masing. Malam ini bahagia yang tak
terkira. Dan gak mungkin aku lupakan. Aku beruntung memiliki teman dan Ihsan
yang menyayangiku.
Aku juga lebih bisa memaknai arti sebuah persahabatan dan kasih sayang.Dan
aku berharap harapan yang aku inginkan terkabul,sebuah harapan yang tak akan ku
ucapkan jika belum terjadi.
Di hari berikutnya kami kembali seperti biasa, Ihsan kembali normal. Hari
terasa cepat hingga tak terasa sudah masuk bulan Mei. Dan yang paling aku
senang karena 27 Mei adalah satu tahun kami berpacaran,aku ingin membuat suatu
perayaan kecil dengan kejutan kecil dariku. Saat sebuah rencana manis aku susun
rapi dengan penuh cinta. Sebuah kabar buruk yang menghancurkan sebuah rencana
itu datang.
Saat beberapa hari sebelum hari itu saat dia datang kerumah sudah larut
malam dan gak biasanya dia datang selarut ini.
“duduk dulu sayang,mau minum pa?”,aku mempersilakan dia duduk.
“makasih sayang,gak usah minum. Aku Cuma pingin malam ini ama
sayang”,dengan senyum dia mengatakan itu.
Tersontak aku kaget dengan ucapannya.”Maksudnya apa?”
“gini,aku besok bakal berangkat berlayar ke India untuk waktu yang cukup
lama”. Dia menghela nafas setelah mengahkiri ucapannya.
Aku hanya bisa diam saat mendengar itu semua. Aku tak dapat mengatakan
apa-apa. Aku tak suka ini semua.
“sayangg…..”. dia membuyarkan lamunanku.”kamu gak apa-apa kan??”
“eh,,em,,sayng serius?sayng ini Cuma bercanda kan?”. Aku mencoba mencari
jawaban kalau ini semua Cuma kebohongan dia. Karena dia sering sekali
mengatakan itu.
“kali ini benar”,sambil dia mengeluarakan surat-surat sebagai tanda kalau
kali ini dia tak berbohoong.
Aku memintanya danku teliti satu demi satu saurat-surat itu. Dan benar
sebuah nama negara sebagai tujuan berlayar atas nama dia. Aku menaruh kembali
surat itu dan bertanya,”berapa lama berlayar?” dalam hati ku pasti wkatu yang
lama karena line/tujuannya jauh.
“2 tahun sayang aku akan pergi”
Aku tak tahu harus bagaimana lagi saat dia menjawab 2 tahun. Aku hanya
terdiam,dia pun ikut terdiam karena dia tahu pasti aku gak bisa terima ini
semua.
“sayang bohong kan?sayang boong ya?”,aku masih mencoba tak percaya. Namun
saat tangan ini digenggamnya untuk mencoba meyakinkanku.
“sayng,aku bener besok bakal berlayar. Aku tau sayang bakal kesepian
banget. Apalagi di sana nanti aku juga gak dapet sinyal. 2 tahun itu aku
sebulannya hanya mendarat 2 hari sayang.”
Aku benar-benar terdiam tanpa sebuah sedikitpun ucapan yang aku keluarkan
dari bibir ini. Aku membayangkan rencana kecilku di hari jadian kita hancur.
Tangannya tetap menggenggamku untuk menguatkanku.
Sedetik kemudian air mata membasahi pipiku. Sebuah sentuhan manis darinya
untuk menghapus air mata ini makin membuat aku menangis. Dan selanjutnya sebuah
pelukan manis darinya. Aku menangis di dadanya dengan sebuah pelukan dan
belaian dia dengan diciumnya keningku olehnya. Mungkin ini pelukan terakhirnya.
“sudah sayang,jangan gini. Nanti aku nangis juga,jelek kalau nangis.
Cantiknya mana..”. dia masih mencoba menghiburku dan menggodaku.
Dengan perlahan aku lepas pelukan ini darinya.” Sayang,aku sayang banget
ama kamu. Aku gak pengen jauh dari kamu. Tapi ini untuk masa depan,aku harus
dukung kamu. Aku akan tunggu kamu di sini. Aku ingin kamu janji,2 tahun lagi
kamu datang kerumahku”
“aku janji sayang.” Dia kembali memelukku sambil berucap,”awas aja kalau
sayang punya pacar lagi,hehehe”
“agh,paling syang juga di sana”,mencoba gak mau kalah aku.
“aku aja bakal di air terus. Di kapal juga cowok semua. Ada juga ibu-ibu.
Lagipula aku kan punya sayang yang bakal selalu ada”
“gombal sayang ki”
“biarin,yang penting gak gembel..hehehhe”
Kami kembali tertawa dan menikmati hari perpisahan ini hingga tengah malam.
“besok anterin aku ya,mau kan?”
“ok deh sayang,”
“tapi gak boleh cengeng ya”
“ya biarain kok,,masak pacar bakal pergi jauh gak boleh nangis”
Perlahan dia berdiri dari kursinya dan meraih tanganku kembali,”sayang
janji ya gak macem-macem kalau aku tinggal. Inget cincin ini jadi saksi
hubungan kita”
“Aku janji sayang”. Sambil ku tersenyum walaupun aku sedih.
“sayng aku pulang dulu ya,udah malam. Sayng bobo ya…”
“huem sayang,hati-hati ya”
“sampa ketemu besok ya sayang”
“ok sayang”. Dengan berat aku harus melepasnya pulang dan besok hari
terakhirku bertemu dengannya.
Air mata ini memang tak bisa membohongi kesedihan hati ini. Perlahan
menentes kembali. Aku jadi makin sedih,saat ahri-hari esok air mata ini menetes
kembali siapa yang akan mengusapnya.
Semoga waktu 2tahun itu akan berjalan cepat dan hari-hariku tak berubah
karena aku akan tetap menjaga hati ini untuknya. Untuk orang yang telah
menyayangiku setulus hati.
Sebuah lagu yang menjadi kenangan manis untuk kami adalah “Ipang-akhirnya
jatuh cinta”.
Semua terjadi tak ku sadari tak terpikir apalgi mimpi.Tapi ternyata kini ku
tak lagi berdaya.Kau memang beda dari yang pernah ku rasakan.Hanya kau yang
bisa merubah hatiku tk mungkin ada lagi yang mampu membuatku seperti ini.Semua
berubah saat bersamamu tak mungkin ku dapat kalau tanpaumu,sangat ku nikmti
mencitaimu bersamamu. Tapi ternyata kini aku sudah bersamamu…
Karena kesedihanku ini hanya sementara,karena aku percaya lelah ini hanya
sebentar dan aku tak boleh menyerah walaupun ini tak mudah. Aku akan selalu
ingat pesan dia untuk selalu tersenyum biar semakin mudah karena kesedihan ini
hanya sementara.
Dan hari-hari sepiku akan terjadi. Semoga aku bisa jalani ini semua. Dan
semoga 2 tahun lagi aka nada sebuah cerita manis yang berakhir dengan sebuah
kebahagiaan.
Mr.Ice Cream
Ini sudah
mangkuk es krim kedua yang aku lahap malam itu, tak peduli aku sudah dua jam
duduk di kedai ini. Pelayan tua kedai itu kadang sesekali memalingkan
tatapannya dari Koran pagi harinya kearah ku. Mungkin dia pikir aku kurang
waras, di cuaca sedingin ini dan sedang hujan deras diluar sana, ada gadis yang
masih menikmati es krim sampai mangkuk kedua, tenang saja pak tua gumam ku
dalam hati mungkin akan ada mangkuk yang ketiga, keempat, kelima dan
seterusnya. Aku tak peduli.
Hap, sendok demi sendok aku nikmati, tatapanku hanya menatap kosong pada suatu
titik sembarang di sudut kedai itu. kenangan demi kenangan aku putar di pelupuk
mataku, seperti komedi putar yang sedang memutar scene demi scene. Membuat hati
ini campur aduk dan sedikit sesak. Me-rewind semua rutinitas gila makan es krim
ini dari mana asalnya, kalo bukan dari dirinya.
***
3 tahun yang lalu. Di kedai es krim yang sama
Wajahnya yang sedikit pucat dan tirus, rambut nya yang agak panjang, sedikit berantakan,
dia tersenyum menatap ku penasaran, menunggu pendapatku tentang rasa es krim
yang barusan aku cicipi.
“Gimana?” tatapnya penasaran, air mukanya mulai serius melihat ekspresiku yang
mengerutkan dahi seperti ada yang salah dengan es krim yang kumakan.
“Tunggu!” jawabku sambil memutar mata seolah berfikir serius mendikripsikan
Sesuatu yang sedang lumer dilidahku, lalu ku coba sesendok lagi, sok-sokan
lagaku seperti tester sejati.
“Enaak !!” Seru ku.
Dia tersenyum kecil dan menjewer pipiku, protes melihat ekspresi ku yang
menipu. Aku lantas mengerenyit sambil mengusap pipiku yang dijewernya.
Ya, Dialah Keylan. Key dan Aku pertama kali bertemu di laboratorium praktikum
kimia dasar, Dia yang mengembalikan modul praktikumku yang tertinggal di laboratorium.
Disitulah kami berkenalan, dia sebenarnya seniorku di kampus, usianya terpaut
dua tahun lebih tua dari umurku.
Key mengambil cuti selama satu tahun di awal perkuliahan oleh sebab itu ia
sering meminjam buku catatanku untuk mengejar ketinggalannya. Sebagai imbalan
nya Key sering mentaktirku es krim. Berawal dari sebuah catatan dan secorong es
krim di kantin kampus-lah pertemanan kami semakin akrab.
Key dan aku adalah sosok manusia yang mempunyai hobi yang bisa dibilang
terbalik, Key adalah cowok dengan hobi membuat cake atau makanan manis.
Sedangkan aku adalah cewek dengan hobi nonton sepak bola dan nonton serial
kartun Kapten Tsubatsa. Terbalik bukan?
Mr. ice cream adalah panggilanku untuknya. Cowok berbadan kurus dan tinggi ini
bisa di bilang addicted dengan es krim seperti sesuatu yang tak bisa di
pisahkan. Karena hobi dan mimpinya ingin mempunyai usaha di bidang kuliner itu,
Key mengambil Cooking Class khusus membuat pastry. Key termasuk golongan cowok
yang cool dan tak banyak bicara, Terkadang Key tidak bisa ditebak serta penuh
kejutan.
Sore itu, Key dengan sengaja menculikku dari kampus, Key mengajakku berkunjung
ke kedai es krim yang konon katanya sudah ada sejak jaman kolonial belanda. dan
aku percaya itu, karena bangunan kedai itu sudah tua, interior kedai itu pun
terlihat seperti di museum–mesueum sejarah, seperti meja kasir dan pintu yang
sedikit tinggi terbuat dari kayu oak yang berpelitur, mesin kasir nya pun antik
dengan type model tua, disisi sebelah kiri kedai terdapat roti-roti yang masih
hangat terpajang dalam etalase tua, Demikian juga alat penimbangan kue yang
sudah tua, bahkan pelayan nya pun tak ada yang muda, semua tua.
Key bercerita sambil menerawang kearah langit-langit, kalo dia sering makan es
krim disini ketika masih kecil bersama ibunya. Ia menceritakan kesukaannya
terhadap tempat ini dan kegemaran nya makan es krim, alasan dirinya suka sekali
makan es krim karena ibunya pernah mengatakan bahwa makanan yang manis itu bisa
mengobati patah hati dan bad mood.
Aku hanya menatap wajahnya yang masih sedikit pucat dan mendengarkannya dengan
setia karena antusias dengan apa yang ia lakukaan atau ia ceritakan.
“Semua orang hampir menyukai es krim bukan?” dia menatap ku lagi. Sialnya aku
tertangkap mata karena menatapnya lamat-lamat, aku memalingkan wajah dan
menyibukan diri dengan mengambil roti tanpa isi dan ku jejali roti itu dengan
es krim tutti fruiti-ku.
“Termasuk kamu yang rakus, makan es krim sama roti” protes nya sambil tertawa
kecil melihat kelakuanku melahap roti isi es krim.
“ini Enaaak, coba deh Key” sambil menyodorkan roti isi eskrim kepadanya sebagai
upaya mengkamufalse salah tingkahku barusan. Key lantas mencoba mengunyahnya
dengan lahap, lalu tersenyum lagi tanda setuju kalo itu kombinasi yang enak.
“yeee, enak kan, sekarang Key ketularan rakus” aku tertawa puas. Dan key
menjewer pipiku lagi. Kami pun kembali tertawa riang.
Mungkin, para pengunjung di kedai itu, melihat Aku dan Key seolah pasangan
kekasih romantis, yang sedang bersenda gurau. Tapi mereka salah besar. Kami
tidak pacaran, tepatnya key punya pacar. Key berpacaran dengan Amerina.
Mengenai Key dan Amerina aku tak tahu banyak karena Key jarang sekali bercerita
tentang hubungan mereka, setahuku mereka menjalin pertemanan semenjak mereka
duduk di bangku SMA, lalu mereka saling menyukai dan berpacaran, Amerina adalah
gadis cantik, anggun, smart dan terlihat kalem, menurutku Amerina seperti Key
versi cewek. Hanya itu yang ku tahu.
“Pulang yuk ran, nanti ketinggalan jadwal nonton Tsubatsa ” ajak Key kepadaku
sekaligus mengingatkan.
“Iya, hampir lupa..ayook” jawabku sambil beranjak dari kursi. Mengikuti
punggung Key yang sudah berjalan terlebih dahulu meninggalkan kedai itu.
***
2 Tahun yang lalu. Di kedai es krim yang sama.
Key tersenyum simpul penuh arti dan terlihat lebih menarik dengan kemeja
abu-abu bermotif kotak-kotaknya kali ini rambutnya terikat rapih.
“Ta daaaa, Happy Birth Day” Key menyodorkan sesuatu. Aku diam terpaku tak
menyangka. Sebuah surprise !!
Malam itu di hari ke lima belas di bulan September, Key membuatkanku kue ulang
tahun dengan motif bola dengan dominasi warna biru dan putih, seperti warna
club kesukaanku, Chelsea. Lengkap dengan tulisan “Happy Birth Day Rana” diatas
kepingan cokelat putih yang membuat kue itu semakin cantik dan tak lupa lilin
dengan angka kembar dua-puluh-dua.
“Jangan lupa berdoa dan make wish ya” Key tersenyum Simpul lagi.
Aku meniup lilin angka kembar itu, dan memejamkan mata dalam dua detik membuat
permohonan. Kami merayakannya hanya berdua saja. Menikmati kue tart buatan Key
dan es Krim tentunya.
“Rio, belum telepon juga?” Key bertanya singkat.
Rio? Kenapa Key nanya Rio lagi sih?. Aku hanya menggeleng. Singkat cerita, Rio
adalah pacarku. tepatnya seminggu yang lalu, jadi sekarang dia sudah menyandang
gelar mantan pacar. Rio dan Aku bertahan pacaran hanya lima bulan saja. Kami
menjalani hubungan LDR alias Long Damn Realtionship, atau pacaran jarak jauh,
Akhir-akhir ini komunikasi kami mulai terasa tidak lancar. Ditambah Rio yang
tidak pernah suka dengan hobiku yang menyukai sepak bola. Terkadang itu menjadi
bahan pertengkararan kami. Pada akhirnya kami memutuskan hubungan secara
baik-baik. Tak ada yang harus di pertahankan.
“Sudah, jangan sedih. Mungkin dia sibuk” ujarnya seraya menghiburku.
Puh, tak ada telepon pun tak masalah bagiku, lalu ku hanya diam dan menikmati
es krim dan kuenya lagi.
“yang penting…” Ujar Key. Hening sejenak. Aku menunggu Key melanjutkan
kalimatnya. “ Ayah dan Adik, sudah telepon” lanjutnya sambil tersenyum.
Aku mendongak, menatapnya lekat-lekat lalu membalas senyumannya “Tentu saja,
itu yang penting” timpalku kepadanya. Kamu juga penting Key.
Key selalu peduli dan selalu mencoba menghiburku. Seorang teman yang selalu ada
untukku, diberikan surprise seperti ini adalah pertama kali dalam hidupku, ada
orang lain di luar anggota keluargaku yang membuat perayaan spesial seperti ini
khusus untukku hanya seorang teman seperti Key yang melakukannya. Teman? Lalu
bagaimana dengan Amerina? Apakah dia melakukan hal yang sama kepadanya?
Pertanyaan-pertanyaan ini tiba-tiba muncul di kepalaku, Mengapa aku ingin tahu
detail bagaimana Key memperlakukan Amerina? Bukan kah sebelumnya aku tak pernah
peduli?
“Barusan make a wish apa?” Pertanyaan Key membangunkan ku dari lamunan akibat
pertanyaan–pertayaan aneh yang bermunculan dari kepalaku.
“Rahasia” Aku menjawab spontan. Lalu memasang muka jahil.
“Pelit” Key pura-pura ngambek.
“Anyway Key, thank a lot, you’re my best” Aku tersenyum. aku bahagia malam ini.
“Any time, Ran” balas Key. Tersenyum simpul.
Malam itu diumur ku yang bertambah, Aku menyadari seorang duduk dihadapanku
seperti sebuah es krim yang dalam diamnya terlihat cool, dalam senyumnya terasa
manis, dan dalam katanya terdengar lembut. Dia yang membuatku menyadari sesuatu
itu ada, tetapi sesuatu yang tak bisa aku jelaskan, tak bisa aku hitung dengan
rumus matematika, dan tak bisa aku urai seperti senyawa kimia, dan sesuatu itu
tidak hanya ada, tetapi hidup dan berdetak, dan kadang membuat dada ini sesak.
***
Segerombolan awan hitam, tak hentinya menumpahkan air kebumi, menadakan
besarnya kerinduan langit pada bumi. Debu-debu yang menempel di jalanan dan
gedung tua pun ikut terhanyut olehnya, membuahkan aroma tanah yang menyaingi
aroma roti yang baru keluar dari pemanggangan sore itu. Kedai itu tak berubah
sedikitpun, semua interiornya tetap tua di makan usia.
Dua jam yang lalu, aku dan Key duduk bersama di kedai ini, wajahnya sudah tak
sepucat dan setirus dulu, rambut nya pun tak seberantakan dan sepanjang satu
tahun yang lalu, Key terlihat baik-baik saja bukan?, Namun tak ada sedikit pun
senyum didalam air muka Key, Dia bersikap dingin, sedingin es krim di mangkuk
dan cuaca di luar sana.
“Kenapa gak ada kabar ran?” Key menatapku serius. Nada suaranya dingin.
Aku tak sanggup memandang key, hanya tertunduk dan diam, lidah ini kelu untuk
berucap memberi alasan yang sebenarnya.
“Aku sibuk Key” Aku berbohong. “Maaf Key, aku memang keterlaluan” ucapku sekali
lagi. Menahan air mata yang nyaris keluar.
Setelah mendengar kata maaf itu Key langsung mehenyakan punggungnya kesandaran
kursi, seperti tak percaya hanya mendengar kata maaf dari seorang sahabat yang
hanya pamitan lewat sms dan setahun kemudian tak ada kabar sedikitpun seperti
menghilang di telan bumi. Aku tahu Key pasti marah hebat kepadaku, tapi
semenjak perasaan ini makin menguasai, persahabatanku dengan Key terasa bias,
tepatnya hanya aku yang merasa bias, aku tak kuasa lagi mempertahankan
kepura-puraanku di depan Key yang selalu bersikap baik kepadaku. Karena dengan
sikap Key yang seperti itu, mahluk yang bernama perasaan ini seperti di beri
pupuk, dan akan terus tumbuh, walau aku susah payah memangkas nya tapi ini akan
terus tumbuh tak terkendali dan akan terus membuatku merasa bahagia dan sakit
dalam waktu yang bersamaan. Maka ketika kesempatan bekerja di luar kota itu
datang aku tak menyiakan nya.
“Tapi kau baik-baik saja kan?” Ucap nya tenang.
Aku mendongak, menatapnya lekat-lekat. Air mataku hampir jatuh. Aku tak boleh
menangis di depan nya, ini hanya akan membuatnya semakin cemas. Mulutku kembali
terbuka, namun tak bersuara, lalu aku mengangguk. Kembali menunduk. aku tahu
perasaan Key sekarang campur aduk antara marah dan cemas namun Key selalu baik
dan memaafkanku yang bertindak bodoh.
“Lalu bagaimana denganmu Key?” ucapku terbata.
Key tak menjawab, dia mentapku lekat-lekat, mungkin sikapku terlihat aneh dan
membingungkan bagi Key sehingga membuat penasaran, terlihat dari raut wajahnya
sepertinya ia ingin menumpahkan beribu-ribu pertanyaan atas sikapku ini. Namun
Key menyerah, dia menghenyakan kembali punggungnya kesandaran kursi. Sedikit
demi sedikit suasana diantara kami pun mencair, seperti es krim di mangkuk ini
pun mencair.
***
Layaknya langit, aku pun sama, duduk berjam-jam disini sedang menumpahkan
kerinduan pada kedai ini, kerinduan pada Es krim, kerinduan pada Key. Scene
potongan kejadian di pelupuk mataku sudah habis kuputar, kini aku mengembalikan
fokus pandanganku tertuju ke suatu benda di atas meja, benda yg sedikit tebal
dari kertas, berwarna merah, pemberian Key dua jam yang lalu.
Entahlah sudah berapuluh kali aku membolak balik benda itu, dan entahlah lah
sudah berapa kali hati ini merasa terbolak balik karena melihat isinya. Sebagai
teman ini adalah kabar baik untukku, namun sebagai orang yang sedang tertimpa
perasaan aneh ini adalah kabar buruk bagiku. Lalu dimana aku harus menempatkan
diriku sendiri?
Butuh setahun aku men-sinkronisasi-kan antara hati dan logika ini untuk
mendapatkan jawabnya, di mangkuk es krim yang ketiga ini aku baru dapat
pemahamanya, bahwa tak pernah ada yang berubah dari sikap Key kepadaku, dia
selalu ada untukku, melindungiku, menyangiku sebagai sahabatnya. Aku-lah yang
terlalu egois, tak mau ambil tindakan serta resiko untuk menyatakan nya dan
malah pergi menghilang darinya yang hanya membuat Key terluka.
Hujan sudah reda diluar sana, nampaknya langit sudah puas menyatakan
kerinduanya pada bumi, aku lantas beranjak dari kursi kedai itu, menuju meja
kasir yang tinggi, pelayan tua itu menatapku lalu tersenyum megucapkan
terimakasih, aku hanya membalas senyum sekedarnya. Perasaanku masih campur aduk
dan terasa sesak.
Aku melangkah gontai keluar kedai, berjalan menuju Statsiun hendak meninggalkan
kota ini, dan aku berjanji, minggu depan aku kan datang lagi ke kota ini,
menjadi saksi ucapan janji abadi sehidup semati antara Key dan Amerina. aku
akan hadapi semuanya, lari dari kenyataan adalah tidakan bodoh, bahwasanya
sejauh apapun kita pergi, tak akan pernah membantu melupakan orang yang kita
sayangi, yang membantu hanyalah sikap menerima kenyataan.
Biarlah aku menelan semua pahit dan sakit nya perasaan ini Key, dan waktu yang
akan mencernanya. Karena aku tahu, Rasa sakit ini hanya bersifat sementara,
Karena secorong es krim akan menjadi obatnya, bukan?
-The End-
By : Eka Suzie
Fb: Eka Suzie
Twitter : @eksuz
Blog : Mr-ice-cream.blogspot.com
Semoga
Bermanfaat !! J
Namun engkaulah nafasku
Kau cintaku, meski aku
Bukan di benakmu lagi
Dan ku beruntung sempat memiliki mu
*Yovie & Nuno ~ sempat memiliki
Yah, lagu ini adalah kenang-kenangan dari seorang cowok kocak dan gokil, namanya Arfie. Terakhir kali kami telfonan, dia menyanyikan lagu ini sambil main gitar, yeah.. walaupun rada-rada fales juga suara gitarnya.
Dan setelah itu, kami memang tidak ada menghubungi satu sama lain. Nomor handphone dia juga sudah aku hapus dari kontak ku. Mau tidak mau, yah harus mau.
Aku reply saja “bukan, kau salah orang”
And dia reply again “masa sih, tapi aku yakin deh yang aku lihat di kampus tadi emang kamu”
“ha? kapan kakak lihat aku? Eh, ini kak Arfie penyiar radio itu ya”
“iya, haruskah aku membentangkan spanduk biar kamu lihat aku di kampus?”
“harus dong, jangan lupa di spanduknya di tulis “SLANK” hahahaha”
“kamu dimana”
“di kampus” jawabku singkat
“aku tunggu di gerbang kampus yah, aku mau ketemu sebentar, ada sesuatu yg mau aku kasih ke kamu”
Wow banget aku dapat sms dari dia. Aku fikir sudah bisa lupain aku, tapi ternyata malah ngajak ketemuan.
“kelasku udah ada dosen nih”
And dia reply
“ya udah, ntar kalau kamu duluan pulang tunggu aku di gerbang ya, jangan pulang dulu”
“oke”
Nggak lama kemudian dia sms
“dimana?”
“aku di depan kampus”
Tidak lama kemudian, dia datang dan memanggil aku. Aku kemudian mendatangi dia
“ini buat kamu”. Kata Arfie
“apa ini?”
“udah ambil aja, aku duluan ya” kata Arfie yang langsung pergi meninggalkan aku.
Aku masih saja bengong dengan sesuatu yang ada di tanganku sekarang ini, sambil ngeliatin Arfie yang senyum dari kejauhan.
Dan setelah pemberian kunci itu lah terakhir kali aku komunikasi dengan dia. Sampai pada akhirnya aku lihat berita di facebook, kalau dia berpacaran dengan seorang cewek yang berasal dari luar pulau. Jujur, sempat jealous juga membaca berita itu, tapi siapa aku sampai harus jealous, harusnya aku senang, karena dia sudah dapat pengganti aku. Dan aku, langsung delete nomor handphone Arfie. Mungkin dia juga begitu.
Karena cinta, memang harus memilih
Facebook: Lita Nur Fhadillah
Facebook: https://www.facebook.com/loveDBA4ever
Keinginanku masih sama, yaitu suatu saat semua cerpenku difilmkan, karena aku ingin menginspirasi banyak orang dengan kisah-kisah yang aku tulis :)
Cerpen Karya Indra Dwi Putra
“hei, kemana saja kamu? Daritadi aku nungguin” Tanya sahabatku yang bernama Alvi. “tadi aku makan siang dulu” jawabku sambil menahan perut yang penuh dengan makan siang “ah ya sudah, ayo kita lanjutkan saja mainnya” sahut Alvi. Tidak lama saat aku & Alvi sedang asyik bermain congklak, Rafid adiknya Alvi datang menghampiri kami berdua.
“kak, aku pengen bilang” kata Rafid “bilang apa?” sahut Alvi penasaran “kata bapak, sebentar lagi kita pindahan” jawab Rafid “hah? Pindah kemana?” tanyaku memotong pembicaraan mereka “ke Bengkulu” jawab Rafid dengan singkatnya “ya udah kak, ayo disuruh pulang sama ibu buat makan siang dulu” ajak Rafid ke Alvi “iya deh.. ehm.. Alma, aku pulang dulu ya aku mau makan siang” ujar Alvi “eh, iya deh aku juga mau pulang kalau gitu” sahutku tak mau kalah.
Lemas sudah tubuhku setelah mendengar kabar itu, tiba-tiba ibu mengetuk kamarku & mengagetkanku yang sedang bingung itu. *Tok3X… “Alma, kamu mengunci pintu kamarmu ya” Tanya ibu sambil mencoba membuka pintu “enggak kok” jawabku dengan lemasnya “kamu kenapa.. ayoo buka kamarmu!!” teriak ibu “iya.. sebentar” sahutku sambil membuka pintu.
“ngapain kamu mengunci kamar?” Tanya ibu.
“gak knapa2… tadi aku memang lg duduk didepan pintu” jawabku sambil menoleh keruang tamu yang berhadapan dengan kamar tidurku.
“ya sudah, tadi orang tuanya Alvi bilang kalau mereka ingin pindah bulan depan”
“iya, aku sudah tau” sahutku kembali ke kamar tidur.
“oh kamu tidak sedih kan?” Tanya ibu yang menghampiriku.
“…” tak kujawab pertanyaan ibu.
“hm.. sudahlah tak usah dibahas dulu.. sana tidur siang dulu biar nanti malam bisa mengerjakan PR” ujar ibu sembari mengelus elus rambutku.
“iya…” jawabku singkat.
Esoknya tepat dihari Minggu, matahari pagi menyambutku. Suara ayam berkokok dan jam beker menjadi satu. Tetapi, aku tetap saja masih ingin ditempat tidur. Sampai sampai ibuku memaksaku untyk tidak bermalas malasan.
“Alma, ayoo bangun.. perempuan gak baik bangun kesiangan” ujar ibu sambil melipat selimutku. “sebentar dulu lah.. aku masih ngantuk” sahutku sambil menarik selimut ditangan ibu. “itu Alvi ngajak kamu main.. ayoo bangun!!” ujar ibu kembali sambil mengeleng gelengkan kepala. “oh oke oke” sahutku semangat karena ingat bahwa Alvi akan pindah sebulan lagi. Lalu, aku langsung beranjak dan segera lari keluar kamar tidur untuk mandi & sarapan. Setelah itu Alvi tiba-tiba menghampiri rumahku
“Assalamualaikum, Alma!!” panggil Alvi dari depan rumah.
“walaikumsallam, iya!!” sahut ibuku yang beranjak keluar rumah.
“oh ibunya Alma, ada Alma nya gak?” Tanya Alvi.
“Alma nya lagi sarapan, sebentar ya tunggu dulu aja. Sini masuk” jawab ibuku.
“iya, terimakasih” sahut Alvi.
Ketika aku sedang asyik asyiknya sarapan, Alvi mengagetkanku.
“Alma, makan terus kau ini” ujar Alvi sambil tertawa. “yee, ngagetin saja kamu ini. Aku laper tau” sahutku sambil melanjutkan sarapan. “kok gak bagi-bagi aku sih” Tanya Alvi sambil menyengir kuda. “kamu mau, nih aku ambilin ya” jawabku sambil mengambil piring. “hahaha.. tidak, aku sudah makan, kau saja sana gendut” sahut Alvi sambil tertawa terbahak bahak. “ ya sudah” jawabku kembali sambil membuang muka. Tak berapa lama kemudian, sarapanku habis lalu Alvi mengajakku bermain games.
“sudah kan, ayoo main sekarang” ajak Alvi semangat.
“aduh, sebentar dong. Perutku penuh sekali ini” sahutku lemas karena kebanyakan makan.
“ah ayolah, makanya jangan makan banyak-banyak. Kalau gitu kapan mau dietnya” ujar Alvi menyindirku.
“ya sudah ya sudah.. ayoo mau main apa?” ajakku masih malas.
“Vietcong yuk tempur tempuran” jawab Alvi semangat seperti pahlawan jaman dulu.
“hah, okedeh” sahutku sambil menyalakan laptop milik ayah.
Kemudian, aku dan Alvi bermain games kesukaan kami berdua. Kami bermain bergantian, besar besaran skor, dll tidak berapa lama ibunya Alvi memanggilnya untuk pulang. “Assalamualaikum, ada Alvinya gak?” Tanya ibunya Alvi sambil tersenyum denganku. “ada-ada.. Alvi! ibumu mencarimu” kataku kepada Alvi yang sedang asyik bermain. “iya.. sebentar lagi, emangnya kenapa?” Tanya Alvi. “aku tidak tau, sana kamu pulang dulu. Kasian ibumu” ujarku sambil mematikan permainan. “huh… iya iya” sahut Alvi beranjak pulang kerumahnya.
Tak berapa lama, Alvi mengagetkanku saat aku sedang asyik melanjutkan permainan yang sedang aku mainkan. “Alma!!” panggil Alvi sambil menepuk pundakku. “Apa??” jawabku kaget. “aku pengen bilang sesuatu nih, hentikan dulu mainannya” ujar Alvi. “iya!!” jawabku agak kesal. “jadi gini.. dengarkan ya… ternyata aku akan pindah 3 hari lagi” cerita Alvi. “hah? Kok dipercepat??” sahutku memotong pembicaraan Alvi. “aku juga tidak tau, kau sudah memotong pembicaraanku saja. Sudah ya aku harus pulang ini.. bye!” ujar Alvi beranjak keluar rumah. “tunggu!! Kau serius??” tanyaku dengan penuh ketidak percayaan. “serius.. dua rius malahan” jawab Alvi sambil memakai sandal. “oh ok.. bye!!” sahutku kembali. Setelah Alvi pulang kerumahnya, aku langsung lari masuk kedalam kamar & mengunci diri. Aku tidak tau apa yang harus kulakukan sedangkan sahabatku sendiri ingin pindahan. Terlintas dipikiranku untuk memberikan Alvi sahabatku sebuah kado yang mungkin isinya bisa membuat Alvi mengingat persahabatan antara kita selamanya walaupun sampai akhir hayat nanti kita tak akan dipertemukan lagi. Ku ambil buku diary & kutuliskan cerita-cerita persahabatanku dengan Alvi. Tak lama kemudian , terpikirkan suatu hadiah yang akan kukasih dihari dia pindahan nanti lalu, aku ambil uang simpanan yang kusimpan didompetku & ku piker-pikir uangnya cukup untuk membelikan hadiah untuk Alvi.
Besoknya sehabis pulang sekolah, aku langsung berlari ke toko sepatu dekat rumahku. Ku lihat-lihat sepatu yang cukup menarik perhatianku, tiba-tiba ada seorang bapak-bapak yang menghampiriku.
“hai nak, kamu mencari sepatu apa?” Tanya seorang bapak yang menurutku adalah pemilik took sepatu tersebut.
“i..iya pak, maaf ada sepatu futsal tidak?” tanyaku sambil celingak celinguk kesegala rak sepatu.
“oh, ada kok banyak.. untuk apa? Kok perempuan nyari sepatu futsal?” Tanya pemilik sepatu itu sambil tertawa melihatku yang masih polos.
“bukan untukku pak, tapi untuk sahabatku” jawabku dengan polosnya.
“teman yang baik ya, memangnya temanmu mau ulang tahun?” Tanya pemilik toko itu. Entah kapan pemilik toko itu berhenti bertanyaku.
“iya” jawabku berbohong karena tak mau ditanya-tanya lagi.
“ok, sebentar ya. Bapak ambilkan dulu sepatu yang bagus untuk sahabatmu” ujar pemilik toko sepatu itu sambil berjalan ke sebuah rak sepatu.
“sip, pak” sahutku.
Tak lama, si pemilik toko sepatu itu kembali sambil membawa sepasang sepatu futsal.
“ini nak!!” kata pemilik toko sepatu itu.
“wah bagus sekali, berapa pak harganya?” tanyaku sambil melihat lihat sepatu yang dibawa oleh si pemilik toko itu.
“bapak kasih murah nak untukmu.. ini aslinya Rp. 60.000 jadi kamu bayar Rp.20.000 saja nak” jawab si pemilik toko itu sambil tersenyum.
“terima kasih banyak pak, ini uangnya” sahutku.
“iya nak, sama-sama” ujar sipemilik toko tersebut.
Setelah itu, aku kembali kerumah & mulai membungkus kado untuk Alvi. Mungkin ini hadiahya tidak seberapa, kutuliskan juga surat untuk Alvi.
Malamnya aku masih memikirkan betapa sedihnya perasaanku nanti jika sahabatku pindah pasti tidak bisa bermain bersama lagi seketika air mataku menetes & tiba-tiba ibu mengetuk pintuku. “Alma, ayo kerjakan dulu PRmu nanti kemalaman” ujar Ibu dari depan pintu kamar tidurku. “i..iya” sahutku sambil mengelap tetesan air mata yang membasahi buku yang sedang aku baca. Saat itu pikiranku masih campur aduk entah harus senang, sedih atau apa. Aku tidak bias konsen mengerjakan PR malam itu.
Besoknya disekolah, aku sering bengong sendiri sampai-sampai guruku bertanya kenapa aku seperti itu. Ku jawab saja dengan jawaban yang sangat singkat karena aku sedang memkikirkan bahwa besok lah dimana aku akan berpisah dengan sahabatku sendiri. Sepulang sekolah, aku langsung berlari memasuki kamar lagi, mengurung diri hingga malam. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahku & kuintip lewat jendela kamar. Tak lama kemudian juga Ibu memanggilku untuk keluar kamar sebentar.
“Alma, ayoo keluar sebentar. Ada Alvi nih” ajak ibu sambil membuka pintu kamarku.
“iya…” jawabku beranjak keluar kamar.
“nah kamu sudah disini, jadi begini besok kan Alvi mau pindah ayoo berpamitan dulu” ujar ibuku.
“Alma!!” peluk ibunya Alvi kepadaku. “maafin tante sama Alvi beserta keluarga ya jika punya salah sama kamu, ini tante ada sesuatu buat kamu” kata ibunya Alvi sambil memberiku sekotak coklat.
“i..i..iya” sahutku tak bisa menahan perasaan & sejenak kuingat bahwa aku juga punya hadiah untuk Alvi.
“Alvi, ini ada hadiah buat kamu. Terima ya” ujarku mulai menangis.
“iya. Alma jangan nangis dong” jawab Alvi.
“aku..” sahutku semakin sedih.
“sudah kamu tidak usah sedih nanti suatu saat kalian bisa ketemu kembali kok, ibu yakin” kata ibu sambil menghapus air mataku.
“ya udah, Alma jangan nangis ya… oh iya ini tante kasih no telp. Tante biar nanti kalau Alma kangen sama Alvi bisa sms atau telepon ya” ujar ibunya Alvi sambil menghapus air matanya pula yang hendak menetes.
“iya..” jawabku sambil masih menangis.
Malam pun tiba, Alvi dan keluarganya pun berpamit & harus segera pulang. Aku pun kembali ke tempat tidur & mulai menangis. Ku gigit bantal yang ada didekatku tak tahan aku melihat hal tadi.
Esoknya, tepat dipagi hari. Suara mobil kijang mengagetkanku & bergegas aku keluar. Ku lihat Alvi & keluarganya sudah bersiap-siap untuk berangkat, tubuhku mulai lemas ibu pun mengagetkanku untuk segera bersiap siap sekolah. Sebenarnya aku ingin tidak sekolah dulu hari itu tapi bagaimana juga pendidikan yang utama. Aku bergegas kesekolah tapi sebelum itu, aku berpamitan dengan Alvi lagi.
“Alvi!!” panggilku dari jauh.
“Alma!!” jawabnya sambil mendekatiku.
“jaga dirimu baik baik disana ya kawan, semoga banyak teman-teman barumu disana & jangan lupakan aku” ujarku mulai meneteskan air mata.
“iya, kamu tenang. Kalau kamu sedih kepergianku ini tidak akan nyaman” sahutnya sambil memberiku tissue.
“iya… terima kasih” jawabku kembali sambil menghapus airmata dengan tissue yang diberikan oleh Alvi.
“oh iya Alma, thanks ya buat kadonya itu bagus banget… aku juga udah baca suratnya… terima kasih banyak ya… akan kujaga terus kado mu” ujar Alvi menatapku.
“iya.. sama-sama karena mungkin itu kado terakhirku untukmu kawan” sahutku sambil tersenyum tak menunjukkan kesedihan lagi.
“kau memang sahabat terbaikku selamanya” kata-kata terakhir Alvi yang ia ucapkan kepadaku. Disitulah aku berpisah & disitulah aku harus menempuh hidup baru, juga makna dari sebuah persahabatan tanpa menilai kekurangan seorang sahabat.
Hap, sendok demi sendok aku nikmati, tatapanku hanya menatap kosong pada suatu titik sembarang di sudut kedai itu. kenangan demi kenangan aku putar di pelupuk mataku, seperti komedi putar yang sedang memutar scene demi scene. Membuat hati ini campur aduk dan sedikit sesak. Me-rewind semua rutinitas gila makan es krim ini dari mana asalnya, kalo bukan dari dirinya.
3 tahun yang lalu. Di kedai es krim yang sama
Wajahnya yang sedikit pucat dan tirus, rambut nya yang agak panjang, sedikit berantakan, dia tersenyum menatap ku penasaran, menunggu pendapatku tentang rasa es krim yang barusan aku cicipi.
“Gimana?” tatapnya penasaran, air mukanya mulai serius melihat ekspresiku yang mengerutkan dahi seperti ada yang salah dengan es krim yang kumakan.
“Tunggu!” jawabku sambil memutar mata seolah berfikir serius mendikripsikan Sesuatu yang sedang lumer dilidahku, lalu ku coba sesendok lagi, sok-sokan lagaku seperti tester sejati.
“Enaak !!” Seru ku.
Dia tersenyum kecil dan menjewer pipiku, protes melihat ekspresi ku yang menipu. Aku lantas mengerenyit sambil mengusap pipiku yang dijewernya.
Ya, Dialah Keylan. Key dan Aku pertama kali bertemu di laboratorium praktikum kimia dasar, Dia yang mengembalikan modul praktikumku yang tertinggal di laboratorium. Disitulah kami berkenalan, dia sebenarnya seniorku di kampus, usianya terpaut dua tahun lebih tua dari umurku.
Key mengambil cuti selama satu tahun di awal perkuliahan oleh sebab itu ia sering meminjam buku catatanku untuk mengejar ketinggalannya. Sebagai imbalan nya Key sering mentaktirku es krim. Berawal dari sebuah catatan dan secorong es krim di kantin kampus-lah pertemanan kami semakin akrab.
Key dan aku adalah sosok manusia yang mempunyai hobi yang bisa dibilang terbalik, Key adalah cowok dengan hobi membuat cake atau makanan manis. Sedangkan aku adalah cewek dengan hobi nonton sepak bola dan nonton serial kartun Kapten Tsubatsa. Terbalik bukan?
Mr. ice cream adalah panggilanku untuknya. Cowok berbadan kurus dan tinggi ini bisa di bilang addicted dengan es krim seperti sesuatu yang tak bisa di pisahkan. Karena hobi dan mimpinya ingin mempunyai usaha di bidang kuliner itu, Key mengambil Cooking Class khusus membuat pastry. Key termasuk golongan cowok yang cool dan tak banyak bicara, Terkadang Key tidak bisa ditebak serta penuh kejutan.
Sore itu, Key dengan sengaja menculikku dari kampus, Key mengajakku berkunjung ke kedai es krim yang konon katanya sudah ada sejak jaman kolonial belanda. dan aku percaya itu, karena bangunan kedai itu sudah tua, interior kedai itu pun terlihat seperti di museum–mesueum sejarah, seperti meja kasir dan pintu yang sedikit tinggi terbuat dari kayu oak yang berpelitur, mesin kasir nya pun antik dengan type model tua, disisi sebelah kiri kedai terdapat roti-roti yang masih hangat terpajang dalam etalase tua, Demikian juga alat penimbangan kue yang sudah tua, bahkan pelayan nya pun tak ada yang muda, semua tua.
Key bercerita sambil menerawang kearah langit-langit, kalo dia sering makan es krim disini ketika masih kecil bersama ibunya. Ia menceritakan kesukaannya terhadap tempat ini dan kegemaran nya makan es krim, alasan dirinya suka sekali makan es krim karena ibunya pernah mengatakan bahwa makanan yang manis itu bisa mengobati patah hati dan bad mood.
Aku hanya menatap wajahnya yang masih sedikit pucat dan mendengarkannya dengan setia karena antusias dengan apa yang ia lakukaan atau ia ceritakan.
“Semua orang hampir menyukai es krim bukan?” dia menatap ku lagi. Sialnya aku tertangkap mata karena menatapnya lamat-lamat, aku memalingkan wajah dan menyibukan diri dengan mengambil roti tanpa isi dan ku jejali roti itu dengan es krim tutti fruiti-ku.
“Termasuk kamu yang rakus, makan es krim sama roti” protes nya sambil tertawa kecil melihat kelakuanku melahap roti isi es krim.
“ini Enaaak, coba deh Key” sambil menyodorkan roti isi eskrim kepadanya sebagai upaya mengkamufalse salah tingkahku barusan. Key lantas mencoba mengunyahnya dengan lahap, lalu tersenyum lagi tanda setuju kalo itu kombinasi yang enak.
“yeee, enak kan, sekarang Key ketularan rakus” aku tertawa puas. Dan key menjewer pipiku lagi. Kami pun kembali tertawa riang.
Mungkin, para pengunjung di kedai itu, melihat Aku dan Key seolah pasangan kekasih romantis, yang sedang bersenda gurau. Tapi mereka salah besar. Kami tidak pacaran, tepatnya key punya pacar. Key berpacaran dengan Amerina. Mengenai Key dan Amerina aku tak tahu banyak karena Key jarang sekali bercerita tentang hubungan mereka, setahuku mereka menjalin pertemanan semenjak mereka duduk di bangku SMA, lalu mereka saling menyukai dan berpacaran, Amerina adalah gadis cantik, anggun, smart dan terlihat kalem, menurutku Amerina seperti Key versi cewek. Hanya itu yang ku tahu.
“Pulang yuk ran, nanti ketinggalan jadwal nonton Tsubatsa ” ajak Key kepadaku sekaligus mengingatkan.
“Iya, hampir lupa..ayook” jawabku sambil beranjak dari kursi. Mengikuti punggung Key yang sudah berjalan terlebih dahulu meninggalkan kedai itu.
2 Tahun yang lalu. Di kedai es krim yang sama.
Key tersenyum simpul penuh arti dan terlihat lebih menarik dengan kemeja abu-abu bermotif kotak-kotaknya kali ini rambutnya terikat rapih.
“Ta daaaa, Happy Birth Day” Key menyodorkan sesuatu. Aku diam terpaku tak menyangka. Sebuah surprise !!
Malam itu di hari ke lima belas di bulan September, Key membuatkanku kue ulang tahun dengan motif bola dengan dominasi warna biru dan putih, seperti warna club kesukaanku, Chelsea. Lengkap dengan tulisan “Happy Birth Day Rana” diatas kepingan cokelat putih yang membuat kue itu semakin cantik dan tak lupa lilin dengan angka kembar dua-puluh-dua.
“Jangan lupa berdoa dan make wish ya” Key tersenyum Simpul lagi.
Aku meniup lilin angka kembar itu, dan memejamkan mata dalam dua detik membuat permohonan. Kami merayakannya hanya berdua saja. Menikmati kue tart buatan Key dan es Krim tentunya.
“Rio, belum telepon juga?” Key bertanya singkat.
Rio? Kenapa Key nanya Rio lagi sih?. Aku hanya menggeleng. Singkat cerita, Rio adalah pacarku. tepatnya seminggu yang lalu, jadi sekarang dia sudah menyandang gelar mantan pacar. Rio dan Aku bertahan pacaran hanya lima bulan saja. Kami menjalani hubungan LDR alias Long Damn Realtionship, atau pacaran jarak jauh, Akhir-akhir ini komunikasi kami mulai terasa tidak lancar. Ditambah Rio yang tidak pernah suka dengan hobiku yang menyukai sepak bola. Terkadang itu menjadi bahan pertengkararan kami. Pada akhirnya kami memutuskan hubungan secara baik-baik. Tak ada yang harus di pertahankan.
“Sudah, jangan sedih. Mungkin dia sibuk” ujarnya seraya menghiburku.
Puh, tak ada telepon pun tak masalah bagiku, lalu ku hanya diam dan menikmati es krim dan kuenya lagi.
“yang penting…” Ujar Key. Hening sejenak. Aku menunggu Key melanjutkan kalimatnya. “ Ayah dan Adik, sudah telepon” lanjutnya sambil tersenyum.
Aku mendongak, menatapnya lekat-lekat lalu membalas senyumannya “Tentu saja, itu yang penting” timpalku kepadanya. Kamu juga penting Key.
Key selalu peduli dan selalu mencoba menghiburku. Seorang teman yang selalu ada untukku, diberikan surprise seperti ini adalah pertama kali dalam hidupku, ada orang lain di luar anggota keluargaku yang membuat perayaan spesial seperti ini khusus untukku hanya seorang teman seperti Key yang melakukannya. Teman? Lalu bagaimana dengan Amerina? Apakah dia melakukan hal yang sama kepadanya?
Pertanyaan-pertanyaan ini tiba-tiba muncul di kepalaku, Mengapa aku ingin tahu detail bagaimana Key memperlakukan Amerina? Bukan kah sebelumnya aku tak pernah peduli?
“Barusan make a wish apa?” Pertanyaan Key membangunkan ku dari lamunan akibat pertanyaan–pertayaan aneh yang bermunculan dari kepalaku.
“Rahasia” Aku menjawab spontan. Lalu memasang muka jahil.
“Pelit” Key pura-pura ngambek.
“Anyway Key, thank a lot, you’re my best” Aku tersenyum. aku bahagia malam ini.
“Any time, Ran” balas Key. Tersenyum simpul.
Malam itu diumur ku yang bertambah, Aku menyadari seorang duduk dihadapanku seperti sebuah es krim yang dalam diamnya terlihat cool, dalam senyumnya terasa manis, dan dalam katanya terdengar lembut. Dia yang membuatku menyadari sesuatu itu ada, tetapi sesuatu yang tak bisa aku jelaskan, tak bisa aku hitung dengan rumus matematika, dan tak bisa aku urai seperti senyawa kimia, dan sesuatu itu tidak hanya ada, tetapi hidup dan berdetak, dan kadang membuat dada ini sesak.
Segerombolan awan hitam, tak hentinya menumpahkan air kebumi, menadakan besarnya kerinduan langit pada bumi. Debu-debu yang menempel di jalanan dan gedung tua pun ikut terhanyut olehnya, membuahkan aroma tanah yang menyaingi aroma roti yang baru keluar dari pemanggangan sore itu. Kedai itu tak berubah sedikitpun, semua interiornya tetap tua di makan usia.
Dua jam yang lalu, aku dan Key duduk bersama di kedai ini, wajahnya sudah tak sepucat dan setirus dulu, rambut nya pun tak seberantakan dan sepanjang satu tahun yang lalu, Key terlihat baik-baik saja bukan?, Namun tak ada sedikit pun senyum didalam air muka Key, Dia bersikap dingin, sedingin es krim di mangkuk dan cuaca di luar sana.
“Kenapa gak ada kabar ran?” Key menatapku serius. Nada suaranya dingin.
Aku tak sanggup memandang key, hanya tertunduk dan diam, lidah ini kelu untuk berucap memberi alasan yang sebenarnya.
“Aku sibuk Key” Aku berbohong. “Maaf Key, aku memang keterlaluan” ucapku sekali lagi. Menahan air mata yang nyaris keluar.
Setelah mendengar kata maaf itu Key langsung mehenyakan punggungnya kesandaran kursi, seperti tak percaya hanya mendengar kata maaf dari seorang sahabat yang hanya pamitan lewat sms dan setahun kemudian tak ada kabar sedikitpun seperti menghilang di telan bumi. Aku tahu Key pasti marah hebat kepadaku, tapi semenjak perasaan ini makin menguasai, persahabatanku dengan Key terasa bias, tepatnya hanya aku yang merasa bias, aku tak kuasa lagi mempertahankan kepura-puraanku di depan Key yang selalu bersikap baik kepadaku. Karena dengan sikap Key yang seperti itu, mahluk yang bernama perasaan ini seperti di beri pupuk, dan akan terus tumbuh, walau aku susah payah memangkas nya tapi ini akan terus tumbuh tak terkendali dan akan terus membuatku merasa bahagia dan sakit dalam waktu yang bersamaan. Maka ketika kesempatan bekerja di luar kota itu datang aku tak menyiakan nya.
“Tapi kau baik-baik saja kan?” Ucap nya tenang.
Aku mendongak, menatapnya lekat-lekat. Air mataku hampir jatuh. Aku tak boleh menangis di depan nya, ini hanya akan membuatnya semakin cemas. Mulutku kembali terbuka, namun tak bersuara, lalu aku mengangguk. Kembali menunduk. aku tahu perasaan Key sekarang campur aduk antara marah dan cemas namun Key selalu baik dan memaafkanku yang bertindak bodoh.
“Lalu bagaimana denganmu Key?” ucapku terbata.
Key tak menjawab, dia mentapku lekat-lekat, mungkin sikapku terlihat aneh dan membingungkan bagi Key sehingga membuat penasaran, terlihat dari raut wajahnya sepertinya ia ingin menumpahkan beribu-ribu pertanyaan atas sikapku ini. Namun Key menyerah, dia menghenyakan kembali punggungnya kesandaran kursi. Sedikit demi sedikit suasana diantara kami pun mencair, seperti es krim di mangkuk ini pun mencair.
Layaknya langit, aku pun sama, duduk berjam-jam disini sedang menumpahkan kerinduan pada kedai ini, kerinduan pada Es krim, kerinduan pada Key. Scene potongan kejadian di pelupuk mataku sudah habis kuputar, kini aku mengembalikan fokus pandanganku tertuju ke suatu benda di atas meja, benda yg sedikit tebal dari kertas, berwarna merah, pemberian Key dua jam yang lalu.
Entahlah sudah berapuluh kali aku membolak balik benda itu, dan entahlah lah sudah berapa kali hati ini merasa terbolak balik karena melihat isinya. Sebagai teman ini adalah kabar baik untukku, namun sebagai orang yang sedang tertimpa perasaan aneh ini adalah kabar buruk bagiku. Lalu dimana aku harus menempatkan diriku sendiri?
Butuh setahun aku men-sinkronisasi-kan antara hati dan logika ini untuk mendapatkan jawabnya, di mangkuk es krim yang ketiga ini aku baru dapat pemahamanya, bahwa tak pernah ada yang berubah dari sikap Key kepadaku, dia selalu ada untukku, melindungiku, menyangiku sebagai sahabatnya. Aku-lah yang terlalu egois, tak mau ambil tindakan serta resiko untuk menyatakan nya dan malah pergi menghilang darinya yang hanya membuat Key terluka.
Hujan sudah reda diluar sana, nampaknya langit sudah puas menyatakan kerinduanya pada bumi, aku lantas beranjak dari kursi kedai itu, menuju meja kasir yang tinggi, pelayan tua itu menatapku lalu tersenyum megucapkan terimakasih, aku hanya membalas senyum sekedarnya. Perasaanku masih campur aduk dan terasa sesak.
Aku melangkah gontai keluar kedai, berjalan menuju Statsiun hendak meninggalkan kota ini, dan aku berjanji, minggu depan aku kan datang lagi ke kota ini, menjadi saksi ucapan janji abadi sehidup semati antara Key dan Amerina. aku akan hadapi semuanya, lari dari kenyataan adalah tidakan bodoh, bahwasanya sejauh apapun kita pergi, tak akan pernah membantu melupakan orang yang kita sayangi, yang membantu hanyalah sikap menerima kenyataan.
Biarlah aku menelan semua pahit dan sakit nya perasaan ini Key, dan waktu yang akan mencernanya. Karena aku tahu, Rasa sakit ini hanya bersifat sementara, Karena secorong es krim akan menjadi obatnya, bukan?
By : Eka Suzie
Fb: Eka Suzie
Twitter : @eksuz
Blog : Mr-ice-cream.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar