Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.[1]
Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan
kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk
kehamilan dan persalinan.[2]
Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara
sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai
hal-hal yang memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.[3]
Definisi yang
bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para koleganya yang menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi
pengalaman belajar yang dirancang untuk mempermudah adaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan.[3]
Data terakhir
menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen rakyat Indonesia tidak mampu
mendapat jaminan kesehatan
dari lembaga atau perusahaan di bidang pemeliharaan kesehatan, seperti Akses, Taspen,
dan Jamsostek.[4]
Golongan masyarakat yang dianggap 'teranaktirikan' dalam hal jaminan kesehatan
adalah mereka dari golongan masyarakat
kecil dan pedagang.[4]
Dalam pelayanan kesehatan, masalah ini menjadi lebih pelik, berhubung dalam manajemen pelayanan kesehatan tidak saja
terkait beberapa kelompok manusia, tetapi juga sifat yang khusus dari pelayanan
kesehatan itu sendiri.[5]
BAB 1
PENDAHULUAN
A.LATAR
BELAKANG
Persepsi masyarakat tentang kriteria tubuh sehat atau sakit, sifatnya tidaklah
selalu obyektif. Bahkan lebih banyak unsur subjektif dalam menentukan kondisi
tubuh seseorang. Persepsi masyarakat tentang sehat/sakit ini sangatlah di pengaruhi
oleh unsur pengalaman masa lalu, disamping unsure sosial budaya.
Secara ilmiah penyakit di artikan sebagai gangguan fungsi fisiologis dari suatu
organisme sebagai akibat dari infeksi atau tekanan dari lingkungan. Jadi
penyakit itu bersifat objektif. Sebaliknya sakit adalah penilaian individu
terhadap pengalaman menderita suatu penyakit fenomena subjektif ini di tandai
dengan perasaan tidak enak. Selama sesorang masih mampu melaksanakan fungsinya
seperti biasa maka orang itu masih di katakan sehat. Batasan ‘sehat’ yang di
berikan oleh organisasi kesehatan se-dunia “(WHO)” adalah “ a state of complete
physical, mental and social wellbeing ” ( WHO, 1981:38 ). Dari batasan ini
jelas terlihat bahwa sehat itu tidak hanya menyangkut kondisi fisik, melainkan
juga kondisi mental dan social seseorang.
Dinegara-negara
seperti Indonesia masih ada satu tahap lagi yang di lewati banyak penderita
sebelum mereka datang ke petugas kesehatan, yaitu pergi berobat ke dukun atau
ahli-ahli pengobatan tradisional lainnya ( Jordaan.1985 ; Sarwono.1992 ;
Slamet-Velsink.1992 ). Dengan demikian makin parahlah keadaan penderita jika
akhirnya meminta pertolongan seorang dokter, oleh sebab itu petugas kesehatan
perlu menyelidiki persepsi tersebut sampai berkembang sedemikian rupa dan
setelah itu mengusahakan mengubah persepsi tersebut agar mendekati konsep yang
lebih objektif. Dengan cara ini maka penggunaan sarana kesehatan diharapkan
dapat lebih di tingkatkan.
B.RUMUSAN
MASALAH
1.
Menyebutkan
pengertian perilaku Sakit !
2.
Apakah factor yang
menyebabkan orang bereaksi terhadap penyakit ?
3.
Sebutkan tahap-tahap
individu berproses !
III
BAB II
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN
PERILAKU SAKIT
Perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh
individu yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan, sedangkan perilaku sehat
adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri (personal
hygiene), penjagaan kebugaran melalui olahraga dan makanan bergizi.
Perilaku sehat ini di perlihatkan oleh individu-individu yang merasa dirinya
sehat meskipun secara medis belum tentu mereka betul-betul sehat. Penilaian
medis bukanlah merupakan satu-satunya kriteria yang menentukan tingkat
kesehatan sesorang. Banyak keadaan di mana individu dapat melakukan fungsi
sosialnya secara normal padahal secara medis menderita penyakit. Sebaliknya,
tidak jarang pula individu merasa terganggu secara sosial psikologis padahal
sacara medis mereka tergolong sehat. Penilaian individu terhadap status
kesehatannya ini merupakan salah satu faktor yang menentukan perilakunya, yaitu
perilaku sehat jika dia merasa dirinya sakit. Orang yang berpenyakit, belum
tentu mengakibatkan perubahan perannya dalam masyarakat, sedangkan orang sakit
biasanya akan menyebabkan perubahan perannya dalam lingkungan keluarga
atau masyarakatnya. Orang yang sakit tidak dapat menjalankan tugas-tugasnya
dilingkungam kerja dan keluarganya sehingga fungsinya itu harus di gantikan
oleh orang lain. Kadang-kadang peranan orang yang sakit itu sedemikian luasnya
sehingga peran yang di tinggalkannya itu tidak cukup di gantikan oleh satu
orang saja melainkan harus digantikan oleh beberapa orang. Hal ini tentu saja
akan mengakibatkan perubahan dalam system social/lingkungan yang langsung
berhubungan dengan si sakit. Dalam kehidupan sosial, orang-orang yang tergolong
“medically iII” dan “martyr” dapat lebih mudah di terima oleh anggota
masyarakat sebab penyakit mereka tidak mengganggu interaksi social mereka.
Sebaliknya, orang akan merasa terganggu bila berhubungan dengan
“hypochondriacal” atau “socially iII”.
B.
FAKTOR YANG MENYEBABKAN ORANG BEREAKSI
Faktor
yang menyebabkan orang bereaksi terhadap penyakit, antara lain :
·
Dikenakannya atau
dirasakannya gejala-gejala/tanda-tanda yang menyimpang dari keadaan biasa.
·
Banyaknya gejala yang
dianggap serius dan diperkirakan menimbulkan bahaya.
·
Dampak gejala itu
terhadap hubungan dengan keluarga, hubungan kerja dan dalam kegiatan sosial
lainnya.
·
Frekuensi dari gejala
dan tanda-tanda yang tampak dan persistensinya.
·
Nilai ambang dari
mereka yang terkena gejala itu (susceptibility atau kemungkinan individu
untuk diserang penyakit itu)
IV
B. FAKTOR YANG MENYEBABKAN ORANG
BEREAKSI
Faktor yang menyebabkan orang bereaksi
terhadap penyakit, antara lain :
· Dikenakannya atau
dirasakannya gejala-gejala/tanda-tanda yang menyimpang dari keadaan biasa.
· Banyaknya gejala yang
dianggap serius dan diperkirakan menimbulkan bahaya.
· Dampak gejala itu
terhadap hubungan dengan keluarga, hubungan kerja dan dalam kegiatan sosial
lainnya.
· Frekuensi dari gejala
dan tanda-tanda yang tampak dan persistensinya.
· Nilai ambang dari
mereka yang terkena gejala itu (susceptibility atau kemungkinan individu
untuk diserang penyakit itu)
· Informasi,
pengetahuan dan asumsi budaya tentang penyakit itu.
· Perbedaan
interprestasi terhadap gejala yang dikenalnya
· Adanya kebutuhan
untuk bertindak/berperilaku mengatasi gejala sakit itu.
· Tersedianya sarana
kesehatan, kemudahan mencapai sarana tersebut, tersedianya biaya dan kemampuan
untuk mengatasi stigma dan jarak sosial (rasa malu, takut, dsb).
Dari faktor-faktor di atas dapat dibuat kategorisasi faktor pencetus perilaku
sakit, yaitu faktor persepsi yang dipengaruhi oleh orientasi medis dan
sosial-budaya; faktor intensitas gejala (menghilang atau terus menetap); faktor
motivasi individu untuk mengatasi gejala yang ada; serta faktor sosial
psikologis yang mempengaruhi respon sakit.
C.TAHAP-TAHAP INDIVIDU BERPROSES.
Dalam menentukan
reaksi/tindakannya sehubungan dengan gejala penyakit yang dirasakannya, menurut
Suchman individu berproses melalui tahap-tahap berikut ini :
a) Tahap pengenalan gejala. Pada tahap ini
individu memutuskan bahwa dirinya dalam keadaan sakit yang ditandai dengan rasa
tidak enak dan keadaan itu dianggapnya dapat membahayakan dirinya.
b) Tahap asumsi peranan sakit. Karena merasa sakit
dan memerlukan pengobatan, individu mulai mencari pengakuan dari kelompok
acuannya (keluarga, tetangga, teman sekerja)tentang sakitnya itu dan kalau
perlu meminta pembebasan dari pemenuhan tugas sehari-harinya.
c) Tahap kpntak dengan pelayanan kesehatan. Disini individu
mulai menghubungi sarana kesehatan sesuai dengan pengalamannya atau dari
informasi yang diperoleh dari orang lain tentang tersedianya jenis-jenis
pelayanan kesehatan. Pilihan terhadap sarana pelayanan kesehatan itu dengan
sendirinya didasari atas kepercayaan atau keyakinan akan kemanjuran sarana
tersebut. Perlu diperhatikan bahwa kecenderungan menggunakan perawatan
tradisional tidak hanya terdapat di Negara-negara berkembang. Masyarakat Negara
majupun mengenal system kesehatan alternatif (alternative medicine) yang
banyak menggunakan ramuan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan obat dan menggunakan
teknik pengobatan yang berbeda, seperti melalui meditasi, akupunktur, home
opathi serta pencapaian keseimbangan fisik dan psikis (Patel,1978)
d) Tahap ketergantungan si sakit. Individu memutuskan
bahwa dirinya, sebagai orang yang sakit dan ingin disembuhkan, harus
menggantungkan diri dan pasrah kepada prosedur pengobatan. Dia harus mematuhi
perintah orang yang akan menyembuhkannya agar kesembuhan itu cepat terca-pai.
e) Tahap penyembuhan atau rahabilitasi. Pada tahap ini si
sakit memutuskan untuk melepaskan diri dari peranan sebagai orang sakit. Hal
ini terjadi karena dia sudah sehat kembali dan dapat berfungsi seperti
sediakala. Kadang-kadang terjadi bahwa sebagai akibat dari penyakitnya
itu individu menjadi cacat. Dalam hal ini dia tetap melepaskan diri dari
perannya sebagai orang sakit dan berusaha memulihkan fungsi sosialnya meskipun
tidak optimal. Peran sakit seorang individu memiliki dampak timbal balik dengan
lingkungannya dan seperti disebutkan pada awal bab ini, komunitas yang sistem sosialnya
memberikan dukungan terhadap orang sakit akan mendorong anggota masyarakat
untuk lebih cepat mengeluh sakit dan memenfaatkan dukungan sosial ini bagi
kepentingan sendiri.
V
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Sehat itu tidak hanya menyangkut kondisi fisik, melainkan juga kondisi mental
dan sosial seseorang.
B.SARAN
Kita sebagai anggota masyarakat harus mengubah persepsi kita tentang sehat dan
sakit agar mendekati konsep yang lebih objektif dan menggunakan sarana
kesehatan sesuai yang diharapkan.
makalah kesehatan lingkungan
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia,
setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan sampah. Jumlah atau volume sampah
sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang/material yang kita
gunakan sehari-hari. Demikian juga dengan jenis sampah, sangat tergantung dari
jenis material yang kita konsumsi.
Oleh karena itu pengelolaan sampah tidak bisa lepas juga
dari pengelolaannya terhadap masyarakat. Masalah sampah sudah menjadi topik
utama yang ada pada bangsa kita, mulai dari lingkungan terkecil sampai kepada
lingkup yang besar. Banyak hal yang menyebabkan terjadinya penumpukan sampah
ini. Namun yang pasti faktor individu sangatlah berpengaruh dalam hal ini.
Rumusan Masalah
Mengkaji latar belakang diatas dapat diambil beberapa
permasalahan sebagai kajian dari pembuatan makalah ini yakni diantaranya :
1) Pengertian sampah
2) Cara Pengolahan sampah
3) Faktor yang mempengaruhi siswa membuang sampah
sembarangan
4) Solusi membiasakan murid agar membuang sampah
pada tempatnya.
Tujuan Penulisan
Sesuai dengan tugas dan amanat yang diberikan Kepala SMA
Negeri 9 Garut agar para murid membuang sampah pada tempatnya, pembahasan
dalam makalah ini bertujuan untuk memotifasi para murid agar menciptakan
lingkungan sekolah yang sehat dan bersih dari sampah. Serta mengetahui dampak
dari membuang sampah sembarangan.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1) Kami sebagi peneliti
menjadi tahu dan sadar akan kebersihan lingkungan khususnya di lingkungan
sekolah
2) Memberikan
pengetahuan tentang dampak membuang sampah sembarangan
3) Akan memberikan kesadaran
bagi masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya.
BAB II
KERANGKA TEORI
Pengertian Sampah
Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak
berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan atau pemakaian barang
rusak atau bercacat dalam pembuatan manufaktur atau materi berlebihan atau
ditolak atau dibuang. (Kamus Istilah Lingkungan, 1994). Sampah adalah sisa
suatu usaha atau kegiatan yang berwujud padat, baik berupa zat organik maupun
anorganik yang bersifat dapat terurai maupun tidak terurai dan dianggap sudah
tidak berguna lagi sehingga dibuang ke lingkungan. (Menteri Negara Lingkungan
Hidup, 2003).
Segala macam organisme yang ada di alam ini selalu
menghasilkan sampah atau bahan buangan. Sebagian besar sampah yang dihasilkan
oleh organisme yang ada di alam ini bersifat organik, kecuali sampah yang
berasal dari aktifitas manusia yang dapat bersifat organik maupun anorganik.
Contoh sampah organik adalah sisa-sisa bahan makanan yang berasal dari tumbuhan
atau hewan, kertas, kayu, bambu dan lain-lain. Sedangkan sampah anorganik
misalnya plastik, logam, gelas-gelas bekas minuman dan karet. Tempat
penampungan sampah yang disebut dengan Tempat Pembuangan Akhir sebaiknya
pewadahan sampah dilakukan pemilihan-pemilihan berdasarkan sifat dan jenisnya
untuk macam buangan organik dan anorganik. Ini dapat bermanfaat untuk proses
daur ulang bahan buangan sehingga menjadi bermanfaat.
Jenis-jenis Sampah
Berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua yaitu
:
1. Sampah Organik, yaitu
sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan
sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos.
2. Sampah Anorganik, yaitu
sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik, wadah pembungkus makanan,
kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu dan sebagainya.
Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk
dijadikan produk lainnya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah
plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca,
dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton.
Pengelolaan Sampah
Ada tiga kemungkinan pengelolaan sampah yaitu dikubur,
dibakar, dan sanitary landfill. Sistem dikubur yaitu dengan membuat galian pada
kedalaman tertentu lalu diberi penadah plastik dan diisi tanah setinggi 0,5
(setengah) meter. Resiko dari sistem ini adalah hancurnya plastik oleh pelarut
kimia. Sistem pembakaran dengan suhu yang ditentukan, lama pembakaran dan
pencampuran oksigen yang tepat dapat menghancurkan 99% sampah. Asap yang
dibentuk diolah lebih dahulu sebelum dibuang ke udara. Resiko sistem pembakaran
yang tidak mencapai suhu tersebut adalah timbulnya dioksin yang sangat beracun
dan menimbulkan berbagai jenis kanker. Sistem sanitary landfill adalah metode
pembuangan akhir sampah dengan metode tertentu sehingga tidak menimbulkan
pencemaran dan membahayakan kesehatan. Sistem ini membuang dan menumpuk sampah
pada suatu lokasi yang cekung, memadatkan sampah tersebut kemudian menutupnya
dengan tanah. Metode ini dapat menghilangkan polusi udara, sedangkan polusi di
tanah dan air dapat diminimalisir dengan melekatkan lapisan geotextile untuk
mencegah meresapnya air lindi ke air tanah.
Dampak Sampah Terhadap Manusia dan Lingkungan
Dari dampak yang luas sampah di berbagai sumber dapat
mencemari lingkungan baik lingkungan darat yang dapat ditinjau dari segi
kesehatan sebagai tempat bersarangnya dan menyebarnya bibit penyakit, sedangkan
ditinjau dari segi keindahan, tentu saja menurunnya estetika (tidak sedap
dipandang mata).
Macam pencemaran udara yang ditimbulkan misalnya
mengeluarkan bau yang tidak sedap, debu, gas-gas beracun. Pembakaran sampah
dapat meningkatkan karbonmonoksida (CO)2, karbondioksida (CO2), nitrogen (NO), gas
belerang amoniak dan asap di udara. Asap diudara adalah asap yang ditimbulkan
dari bahan plastik ada yang bersifat karsinogen artinya dapat menimbulkan
kanker, berhati-hatilah dalam membakar sampah.
Penanggulangan Sampah
·
Gunakan kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang sama atau fungsi lainnya.
·
Gunakan wadah/kantong yang dapat digunakan berulang-ulang.
·
Gunakan baterai yang dapat diisi kembali.
·
Kembangkan manfaat lain dari sampah.
·
Gunakan alat kantor yang dapat digunakan berulang-ulang.
·
Gunakan peralatan penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis kembali.
·
Gunakan kembali sampah yang masih dapat dimanfaatkan untuk produk lain, seperti
pakan ternak.
·
Berikan insentif bagi konsumen yang membawa wadah sendiri, atau wadah belanjaan
yang diproduksi oleh swalayan yang bersangkutan sebagai bukti pelanggan setia.
·
Sediakan perlengkapan untuk pengisian kembali produk umum isi ulang.
·
Pilih produk dengan pengemas yang dapat didaur ulang
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Kebersihan merupakan komponen terpenting bagi manusia yang harus dijaga dengan baik. Dengan demikian akan tercipta suatu keselarasan. Kebersihan merupakan sebagian dari iman seseorang. Oleh karena itu marilah kita menjaga kebersihan dengan baik. Lingkungan yang bersih menjauhkan diri kita dari berbagai macampenyakit, dengan demikian kita akan menjadi manusia yang sehat, dan di dalam diri manusia yang sehat terdapat akal yang sehat.
Kebersihan merupakan komponen terpenting bagi manusia yang harus dijaga dengan baik. Dengan demikian akan tercipta suatu keselarasan. Kebersihan merupakan sebagian dari iman seseorang. Oleh karena itu marilah kita menjaga kebersihan dengan baik. Lingkungan yang bersih menjauhkan diri kita dari berbagai macampenyakit, dengan demikian kita akan menjadi manusia yang sehat, dan di dalam diri manusia yang sehat terdapat akal yang sehat.
SARAN
Dalam pembuatan makalah ini, kita selaku penyusun menyarankan agar kebersihan lingkungan hendaknya dilakukan oleh seluruh individu masyarakat. Karena jika tidak ada kerjasama yang baik, maka kerbersihan lingkungan tidak akan terwujud.
DAFTAR PUSTAKA
Kompas, (10 Januari 2004), Sampah Dan Pemerintah. http://www.kompas.com
Wardhana, Wisnu Arya, (1995), Dampak Pencemaran Lingkungan,
Andi Offset,Yogyakarta.
Supardi, I. 1994. LINGKUNGAN HIDUP dan KELESTARIANNYA.
Bandung: Alumni.
Sumaatmadja, H Nursid. 2000. Manusia dalam Konteks Sosial
Budaya dan
Lingkungan
Hidup. Bandung: CV Alfabet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar