Senin, 02 Maret 2015

KESEHATAN



Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.[1] Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.[2] Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.[3] Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para koleganya yang menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang dirancang untuk mempermudah adaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan.[3] Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen rakyat Indonesia tidak mampu mendapat jaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang pemeliharaan kesehatan, seperti Akses, Taspen, dan Jamsostek.[4] Golongan masyarakat yang dianggap 'teranaktirikan' dalam hal jaminan kesehatan adalah mereka dari golongan masyarakat kecil dan pedagang.[4] Dalam pelayanan kesehatan, masalah ini menjadi lebih pelik, berhubung dalam manajemen pelayanan kesehatan tidak saja terkait beberapa kelompok manusia, tetapi juga sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan itu sendiri.[5]
BAB 1
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
          Persepsi masyarakat tentang kriteria tubuh sehat atau sakit, sifatnya tidaklah selalu obyektif. Bahkan lebih banyak unsur subjektif dalam menentukan kondisi tubuh seseorang. Persepsi masyarakat tentang sehat/sakit ini sangatlah di pengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu, disamping unsure sosial budaya.
          Secara ilmiah penyakit di artikan sebagai gangguan fungsi fisiologis dari suatu organisme sebagai akibat dari infeksi atau tekanan dari lingkungan. Jadi penyakit itu bersifat objektif. Sebaliknya sakit adalah penilaian individu terhadap pengalaman menderita suatu penyakit fenomena subjektif ini di tandai dengan perasaan tidak enak. Selama sesorang masih mampu melaksanakan fungsinya seperti biasa maka orang itu masih di katakan sehat. Batasan ‘sehat’ yang di berikan oleh organisasi kesehatan se-dunia “(WHO)” adalah “ a state of complete physical, mental and social wellbeing ” ( WHO, 1981:38 ). Dari batasan ini jelas terlihat bahwa sehat itu tidak hanya menyangkut kondisi fisik, melainkan juga kondisi mental dan social seseorang.
Dinegara-negara seperti Indonesia masih ada satu tahap lagi yang di lewati banyak penderita sebelum mereka datang ke petugas kesehatan, yaitu pergi berobat ke dukun atau ahli-ahli pengobatan tradisional lainnya ( Jordaan.1985 ; Sarwono.1992 ; Slamet-Velsink.1992 ). Dengan demikian makin parahlah keadaan penderita jika akhirnya meminta pertolongan seorang dokter, oleh sebab itu petugas kesehatan perlu menyelidiki persepsi tersebut sampai berkembang sedemikian rupa dan setelah itu mengusahakan mengubah persepsi tersebut agar mendekati konsep yang lebih objektif. Dengan cara ini maka penggunaan sarana kesehatan diharapkan dapat lebih di tingkatkan.
B.RUMUSAN MASALAH
1.     Menyebutkan pengertian perilaku Sakit !
2.     Apakah factor yang menyebabkan orang bereaksi terhadap penyakit ?
3.     Sebutkan tahap-tahap individu berproses !
III
BAB II
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN PERILAKU SAKIT
          Perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan, sedangkan perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri (personal hygiene), penjagaan kebugaran melalui olahraga dan makanan bergizi. Perilaku sehat ini di perlihatkan oleh individu-individu yang merasa dirinya sehat meskipun secara medis belum tentu mereka betul-betul sehat. Penilaian medis bukanlah merupakan satu-satunya kriteria yang menentukan tingkat kesehatan sesorang. Banyak keadaan di mana individu dapat melakukan fungsi sosialnya secara normal padahal secara medis menderita penyakit. Sebaliknya, tidak jarang pula individu merasa terganggu secara sosial psikologis padahal sacara medis mereka tergolong sehat. Penilaian individu terhadap status kesehatannya ini merupakan salah satu faktor yang menentukan perilakunya, yaitu perilaku sehat jika dia merasa dirinya sakit. Orang yang berpenyakit, belum tentu mengakibatkan perubahan perannya dalam masyarakat, sedangkan orang sakit biasanya akan menyebabkan perubahan  perannya dalam lingkungan keluarga atau masyarakatnya. Orang yang sakit tidak dapat menjalankan tugas-tugasnya dilingkungam kerja dan keluarganya sehingga fungsinya itu harus di gantikan oleh orang lain. Kadang-kadang peranan orang yang sakit itu sedemikian luasnya sehingga peran yang di tinggalkannya itu tidak cukup di gantikan oleh satu orang saja melainkan harus digantikan oleh beberapa orang. Hal ini tentu saja akan mengakibatkan perubahan dalam system social/lingkungan yang langsung berhubungan dengan si sakit. Dalam kehidupan sosial, orang-orang yang tergolong “medically iII” dan “martyr” dapat lebih mudah di terima oleh anggota masyarakat sebab penyakit mereka tidak mengganggu interaksi social mereka. Sebaliknya, orang akan merasa terganggu bila berhubungan dengan “hypochondriacal” atau “socially iII”.
B. FAKTOR YANG MENYEBABKAN ORANG BEREAKSI
Faktor yang menyebabkan orang bereaksi terhadap penyakit, antara lain :
·         Dikenakannya atau dirasakannya gejala-gejala/tanda-tanda yang menyimpang dari keadaan biasa.
·         Banyaknya gejala yang dianggap serius dan diperkirakan menimbulkan bahaya.
·         Dampak gejala itu terhadap hubungan dengan keluarga, hubungan kerja dan dalam kegiatan sosial lainnya.
·         Frekuensi dari gejala dan tanda-tanda yang tampak dan persistensinya.
·         Nilai ambang dari mereka yang terkena gejala itu (susceptibility atau kemungkinan individu untuk diserang penyakit itu)

IV
B. FAKTOR YANG MENYEBABKAN ORANG BEREAKSI
Faktor yang menyebabkan orang bereaksi terhadap penyakit, antara lain :
·         Dikenakannya atau dirasakannya gejala-gejala/tanda-tanda yang menyimpang dari keadaan biasa.
·         Banyaknya gejala yang dianggap serius dan diperkirakan menimbulkan bahaya.
·         Dampak gejala itu terhadap hubungan dengan keluarga, hubungan kerja dan dalam kegiatan sosial lainnya.
·         Frekuensi dari gejala dan tanda-tanda yang tampak dan persistensinya.
·         Nilai ambang dari mereka yang terkena gejala itu (susceptibility atau kemungkinan individu untuk diserang penyakit itu)
·         Informasi, pengetahuan dan asumsi budaya tentang penyakit itu.
·         Perbedaan interprestasi terhadap gejala yang dikenalnya
·         Adanya kebutuhan untuk bertindak/berperilaku mengatasi gejala sakit itu.
·         Tersedianya sarana kesehatan, kemudahan mencapai sarana tersebut, tersedianya biaya dan kemampuan untuk mengatasi stigma dan jarak sosial (rasa malu, takut, dsb).
          Dari faktor-faktor di atas dapat dibuat kategorisasi faktor pencetus perilaku sakit, yaitu faktor persepsi yang dipengaruhi oleh orientasi medis dan sosial-budaya; faktor intensitas gejala (menghilang atau terus menetap); faktor motivasi individu untuk mengatasi gejala yang ada; serta faktor sosial psikologis yang mempengaruhi respon sakit.
C.TAHAP-TAHAP INDIVIDU BERPROSES.
 Dalam menentukan reaksi/tindakannya sehubungan dengan gejala penyakit yang dirasakannya, menurut Suchman individu berproses melalui tahap-tahap berikut ini :
a)     Tahap pengenalan gejala. Pada tahap ini individu memutuskan bahwa dirinya dalam keadaan sakit yang ditandai dengan rasa tidak enak dan keadaan itu dianggapnya dapat membahayakan dirinya.
b)     Tahap asumsi peranan sakit. Karena merasa sakit dan memerlukan pengobatan, individu mulai mencari pengakuan  dari kelompok acuannya (keluarga, tetangga, teman sekerja)tentang sakitnya itu dan kalau perlu meminta pembebasan dari pemenuhan tugas sehari-harinya.
c)     Tahap kpntak dengan pelayanan kesehatan. Disini individu mulai menghubungi sarana kesehatan sesuai dengan pengalamannya atau dari informasi yang diperoleh dari orang lain tentang tersedianya jenis-jenis pelayanan kesehatan. Pilihan terhadap sarana pelayanan kesehatan itu dengan sendirinya didasari atas kepercayaan atau keyakinan akan kemanjuran sarana tersebut. Perlu diperhatikan bahwa kecenderungan menggunakan perawatan tradisional tidak hanya terdapat di Negara-negara berkembang. Masyarakat Negara majupun mengenal system kesehatan alternatif (alternative medicine) yang banyak menggunakan ramuan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan obat dan menggunakan teknik pengobatan yang berbeda, seperti melalui meditasi, akupunktur, home opathi serta pencapaian keseimbangan fisik dan psikis (Patel,1978)
d)     Tahap ketergantungan si sakit. Individu memutuskan bahwa dirinya, sebagai orang yang sakit dan ingin disembuhkan, harus menggantungkan diri dan pasrah kepada prosedur pengobatan. Dia harus mematuhi perintah orang yang akan menyembuhkannya agar kesembuhan itu cepat terca-pai.
e)     Tahap penyembuhan atau rahabilitasi. Pada tahap ini si sakit memutuskan untuk melepaskan diri dari peranan sebagai orang sakit. Hal ini terjadi karena dia sudah sehat kembali dan dapat berfungsi seperti sediakala. Kadang-kadang terjadi  bahwa sebagai akibat dari penyakitnya itu individu  menjadi cacat. Dalam hal ini dia tetap melepaskan diri dari perannya sebagai orang sakit dan berusaha memulihkan fungsi sosialnya meskipun tidak optimal. Peran sakit seorang individu memiliki dampak timbal balik dengan lingkungannya dan seperti disebutkan pada awal bab ini, komunitas yang sistem sosialnya memberikan dukungan terhadap orang sakit akan mendorong anggota masyarakat untuk lebih cepat mengeluh sakit dan memenfaatkan dukungan sosial ini bagi kepentingan sendiri.


V
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
          Sehat itu tidak hanya menyangkut kondisi fisik, melainkan juga kondisi mental dan sosial seseorang.
B.SARAN
          Kita sebagai anggota masyarakat harus mengubah persepsi kita tentang sehat dan sakit agar mendekati konsep yang lebih objektif dan menggunakan sarana kesehatan sesuai yang diharapkan.

makalah kesehatan lingkungan

BAB I
PENDAHULUAN

      Latar Belakang
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia, setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang/material yang kita gunakan sehari-hari. Demikian juga dengan jenis sampah, sangat tergantung dari jenis material yang kita konsumsi.
Oleh karena itu pengelolaan sampah tidak bisa lepas juga dari pengelolaannya terhadap masyarakat. Masalah sampah sudah menjadi topik utama yang ada pada bangsa kita, mulai dari lingkungan terkecil sampai kepada lingkup yang besar. Banyak hal yang menyebabkan terjadinya penumpukan sampah ini. Namun yang pasti faktor individu sangatlah berpengaruh dalam hal ini.
Rumusan Masalah
Mengkaji latar belakang diatas dapat diambil beberapa permasalahan sebagai kajian dari pembuatan makalah ini yakni diantaranya :
        1)      Pengertian sampah
        2)      Cara Pengolahan sampah
        3)      Faktor yang mempengaruhi siswa membuang sampah sembarangan
        4)      Solusi membiasakan murid agar membuang sampah pada tempatnya.





Tujuan Penulisan
Sesuai dengan tugas dan amanat yang diberikan Kepala SMA Negeri 9 Garut  agar para murid membuang sampah pada tempatnya, pembahasan dalam makalah ini bertujuan untuk memotifasi para murid agar menciptakan lingkungan sekolah yang sehat dan bersih dari sampah. Serta mengetahui dampak dari membuang sampah sembarangan.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1)      Kami sebagi peneliti menjadi tahu dan sadar akan kebersihan lingkungan khususnya di lingkungan sekolah
2)       Memberikan pengetahuan tentang dampak membuang sampah sembarangan
3)      Akan memberikan kesadaran bagi masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya.













BAB II
KERANGKA TEORI
Pengertian Sampah
Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembuatan manufaktur atau materi berlebihan atau ditolak atau dibuang. (Kamus Istilah Lingkungan, 1994). Sampah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang berwujud padat, baik berupa zat organik maupun anorganik yang bersifat dapat terurai maupun tidak terurai dan dianggap sudah tidak berguna lagi sehingga dibuang ke lingkungan. (Menteri Negara Lingkungan Hidup, 2003).
Segala macam organisme yang ada di alam ini selalu menghasilkan sampah atau bahan buangan. Sebagian besar sampah yang dihasilkan oleh organisme yang ada di alam ini bersifat organik, kecuali sampah yang berasal dari aktifitas manusia yang dapat bersifat organik maupun anorganik. Contoh sampah organik adalah sisa-sisa bahan makanan yang berasal dari tumbuhan atau hewan, kertas, kayu, bambu dan lain-lain. Sedangkan sampah anorganik misalnya plastik, logam, gelas-gelas bekas minuman dan karet. Tempat penampungan sampah yang disebut dengan Tempat Pembuangan Akhir sebaiknya pewadahan sampah dilakukan pemilihan-pemilihan berdasarkan sifat dan jenisnya untuk macam buangan organik dan anorganik. Ini dapat bermanfaat untuk proses daur ulang bahan buangan sehingga menjadi bermanfaat.
Jenis-jenis Sampah
Berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua yaitu :
1.      Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos.
2.      Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik, wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk lainnya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton.

Pengelolaan Sampah
Ada tiga kemungkinan pengelolaan sampah yaitu dikubur, dibakar, dan sanitary landfill. Sistem dikubur yaitu dengan membuat galian pada kedalaman tertentu lalu diberi penadah plastik dan diisi tanah setinggi 0,5 (setengah) meter. Resiko dari sistem ini adalah hancurnya plastik oleh pelarut kimia. Sistem pembakaran dengan suhu yang ditentukan, lama pembakaran dan pencampuran oksigen yang tepat dapat menghancurkan 99% sampah. Asap yang dibentuk diolah lebih dahulu sebelum dibuang ke udara. Resiko sistem pembakaran yang tidak mencapai suhu tersebut adalah timbulnya dioksin yang sangat beracun dan menimbulkan berbagai jenis kanker. Sistem sanitary landfill adalah metode pembuangan akhir sampah dengan metode tertentu sehingga tidak menimbulkan pencemaran dan membahayakan kesehatan. Sistem ini membuang dan menumpuk sampah pada suatu lokasi yang cekung, memadatkan sampah tersebut kemudian menutupnya dengan tanah. Metode ini dapat menghilangkan polusi udara, sedangkan polusi di tanah dan air dapat diminimalisir dengan melekatkan lapisan geotextile untuk mencegah meresapnya air lindi ke air tanah.




Dampak Sampah Terhadap Manusia dan Lingkungan
Dari dampak yang luas sampah di berbagai sumber dapat mencemari lingkungan baik lingkungan darat yang dapat ditinjau dari segi kesehatan sebagai tempat bersarangnya dan menyebarnya bibit penyakit, sedangkan ditinjau dari segi keindahan, tentu saja menurunnya estetika (tidak sedap dipandang mata).
Macam pencemaran udara yang ditimbulkan misalnya mengeluarkan bau yang tidak sedap, debu, gas-gas beracun. Pembakaran sampah dapat meningkatkan karbonmonoksida (CO)2, karbondioksida (CO2), nitrogen (NO), gas belerang amoniak dan asap di udara. Asap diudara adalah asap yang ditimbulkan dari bahan plastik ada yang bersifat karsinogen artinya dapat menimbulkan kanker, berhati-hatilah dalam membakar sampah.
Penanggulangan Sampah
·  Gunakan kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang sama atau fungsi lainnya.
·  Gunakan wadah/kantong yang dapat digunakan berulang-ulang.
·  Gunakan baterai yang dapat diisi kembali.
·  Kembangkan manfaat lain dari sampah.
·  Gunakan alat kantor yang dapat digunakan berulang-ulang.
·  Gunakan peralatan penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis kembali.
·  Gunakan kembali sampah yang masih dapat dimanfaatkan untuk produk lain, seperti pakan ternak.
·  Berikan insentif bagi konsumen yang membawa wadah sendiri, atau wadah belanjaan yang diproduksi oleh swalayan yang bersangkutan sebagai bukti pelanggan setia.
·  Sediakan perlengkapan untuk pengisian kembali produk umum isi ulang.
·  Pilih produk dengan pengemas yang dapat didaur ulang



BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
                 Kebersihan merupakan komponen terpenting bagi manusia yang harus dijaga dengan baik. Dengan demikian akan tercipta suatu keselarasan. Kebersihan merupakan sebagian dari iman seseorang. Oleh karena itu marilah kita menjaga kebersihan dengan baik. Lingkungan yang bersih menjauhkan diri kita dari berbagai macampenyakit, dengan demikian kita akan menjadi manusia yang sehat, dan di dalam diri manusia yang sehat terdapat akal yang sehat.

SARAN
                     Dalam pembuatan makalah ini, kita selaku penyusun menyarankan agar kebersihan lingkungan hendaknya dilakukan oleh seluruh individu masyarakat. Karena jika tidak ada kerjasama yang baik, maka kerbersihan lingkungan tidak akan terwujud.













DAFTAR PUSTAKA

Kompas, (10 Januari 2004), Sampah Dan Pemerintah. http://www.kompas.com
Wardhana, Wisnu Arya, (1995), Dampak Pencemaran Lingkungan, Andi Offset,Yogyakarta.
Supardi, I. 1994. LINGKUNGAN HIDUP dan KELESTARIANNYA. Bandung: Alumni.
Sumaatmadja, H Nursid. 2000. Manusia dalam Konteks Sosial Budaya dan Lingkungan             Hidup. Bandung: CV Alfabet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar