Senin, 02 Maret 2015

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DARI MASA KE MASA



PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DARI MASA KE MASA
Pengertian Pendidikan Menurut Ahli
Dengan perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah dengan signifikan sehingga banyak merubah pola pikir pendidik, dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Menyikapi hal tersebut pakar-pakar pendidikan mengkritisi dengan cara mengungkapkan dan teori pendidikan yang sebenarnya untuk mencapai tujuan pendidikan yang sesungguhnya



tahun 1892 akhirnya dilakukan restrukturisasi terhadap persekolahan karena kebutuhan yang sangat besar terhadap pegawai rendahan yang bisa berbahasa Belanda, sebagaimana berikut
: 1. Sekolah kelas satu (ongko sidji) atau eerste klasse untuk anak-anak golongan priyayi dengan pelajaran bahasa Belanda;
 2. Sekolah kelas dua (ongko loro) atau tweede klasse untuk rakyat kebanyakan tanpa  pelajaran bahasa Belanda. Menurut Soemanto dan Sooyarno dalam Rifa’i
konteks pendidikan dan pengajaran ini pada  prinsipnya adalah untuk memenuhi kebutuhan pegawai rendahan di kantor-kantor pamong praja atau kantor-kantor yang lain.

Di zaman pemerintahan Hindia-Belanda ini, terdapat tiga jenis tingkatan pendidikan, yaitu  pendidikan rendah, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan lebih dikhususkan pada anak-anak golongan priyayi. Dengan kebijakan tersebut, diharapkan penduduk yang lebih rendah status sosialnya dapat mudah ditundukkan karena pemerintah Belanda telah memegang golongan  priyayi yang merupakan kaum elit. Menurut Ary
Gunawan dalam Rifa’i
, prinsip kebijakan pendidikan kolonial yaitu:
1.       Pemerintah kolonial berusaha tidak memihak salah satu agama tertentu
 2. Pendidikan diarahkan agar para lulusannya menjadi pencari kerja, terutama demi kepentingan kaum penjajah.
 3. Sistem persekolahan disusun berdasarkan stratifikasi sosial yang ada dalam masyarakat.
4. Pendidikan diarahkan untuk membentuk golongan elite sosial (penjilat penjajah) Belanda.
 5. Dasar pendidikannya adalah dasar pendidikan Barat dan berorientasi pada pengetahuan dan kebudayaan barat. Kesempatan mendapatkan pendidikan diutamakan kepada anak-anak bengsawan bumiputera serta tokoh-tokoh terkemuka dan pegawai kolonial yang diharapkan kelak akan menjadi kader  pemimpin yang berjiwa kebarat-baratan atau condong ke Belanda dan merupakan kelompok elite yang terpisah dengan masyarakatnya sendiri. Mereka akan menjadi penyambung tangan-tangan  penjajah sebagai upaya Belanda untuk memerintah secara tidak langsung kepada masyarakat dan  bangsa Indonesia. Dengan adanya Politik Etis, terjadi perubahan penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Bahasa Belanda mulai diberikan pula di sekolah Kelas I dan sekolah-sekolah guru. Mr. JH. Abendanon menginginkan kursus/sekolah kejuruan (vak), termasuk juga sekolah bagi kaum wanita (bersama dengan Van Deventer, Abendanon, menaruh perhatian pada usaha R.A. Kartini). Sekolah teknik pertama kali dibuka pada 1909. Untuk membuka kesempatan yang lebih luas bagi anak-anak  bumiputera ke sekolah-sekolah atau melanjutkan sekolah, di antaranya dibuka sekolah voorklas di MULO (kelas persiapan ke MULO). Sekolah-sekolah desa diperbanyak. Namun demikian, masih ada  perbedaan pelayanan bagi anak-anak bumiputera dengan anak-anak Belanda, yaitu diturunkannya uang sekolah (hanya) untuk sekolah Belanda. Anak-anak Indonesia diterima di sekolah Belanda masih dengan ragu-ragu sehingga dengan dalih yang dibuat-buat akhirnya anak-anak Indonesia banyak yang tidak diterima di sekolah-sekolah Belanda. Secara tegas, tujuan pendidikan selama periode kolonial Belanda memang tidak pernah dinyatakan, tetapi dari uraian-uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan pendidikan antara lain adalah untuk memenuhi keperluan tenaga buruh kasar kaum modal Belanda, di samping ada sebagian yang dilatih dan dididik untuk menjadi tenaga-tenaga administrasi, tenaga teknik, tenaga  pertanian, dan lain-lain yang dianggap sebagai pekerja-pekerja kelas dua atau kelas tiga. Menurut Ki Hajar Dewantara dalam salah satu pidatonya mengatakan bahwa Politik Etis  penjajah sepertinya akan lunak dengan kemajuan pendidikan pribumi, tetapi tetap saja pola kebijakan  pendidikan kolonial tersebut menunjukkan sifat intelektualis, alitis, individualis dan materialis.


No Faktor Pembanding Pendidikan Modern
Pendidikan Klasik
1 Pendidikan Moral Penanaman Humanisme dengan cara Anti Kekerasan Penanaman Humanisme dengan menggunakan Kekerasan dalam taraf wajar.
2 Fungsi Guru
Sebagai Motivator dan Fasilitator. Pusat segala aktivitas pendidikan baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah.
3 Penerapan Etika Tergantung pada masing-masing individu peserta didik. Wajib diterapkan di dalam maupun luar lingkungan sekolah.
4 Punishment and Reward. berupa himbauan dan apresiasi sesuai dengan kompetensi peserta didik. Berupa himbauan dan apresiasi sesuai dengan kompetensi peserta didik.
Edukasi
http://assets.kompasiana.com/statics/u/prf/14079751661645700530.gif
Sport, Art, and Music
Pendidikan di Era Modern
OPINI | 14 August 2014 | 08:14 http://assets.kompasiana.com/statics/kompasiana4.0/images/ico_baca.gifDibaca: 115   http://assets.kompasiana.com/statics/kompasiana4.0/images/img_komen.gifKomentar: 0   http://assets.kompasiana.com/statics/kompasiana4.0/images/ico_nilai.gif0
Dewasa ini sudah zamannya zaman digital, dimana-mana serba cepat, instan, dan canggih. Begitu pun di dunia pendidikan Indonesia saat ini. Bayangkan era orang tua kita, berangkat sekolah hanya dengan berjalan kaki berkilometer jauhnya atau menggunakan sepeda, itu pun sudah paling mewah pada zamannya. Lalu, kita lihat anak sekolah berangkat sekolah kebanyakan sudah menggunakan kendaraan seperti, sepeda, motor, bahkan mobil.
14080295171904856535
Pada era masa kini yang harus dituntut serba canggih dan mengikuti pergerakan zaman, teknologi pun sudah merambah ke dunia pendidikan kita. Kita lihat cara mengajar  konvensional, dimana Guru menerangkan ke murid, menulis di papan tulis, kemudian para Murid disuruh mencatatnya penuh kedalam buku mereka masing-masing. Apakah ini efektif ? menurut saya pribadi tidak, karena terlalu menghabiskan banyak waktu hanya untuk menulis atau menyalinnya ke buku catatan. Tetapi masih ada saja yang menggunakan cara mengajar yang jadul ini di era yang sudah serba cepat dan canggih saat ini.
Kita lihat beberapa sekolah atau guru yang menggunakan sistem mengajar yang tidak biasa, mereka menggunakan yang namanya proyektor, proyektor yang dulu hanya dipakai dikalangan orang kantoran saja kini bisa diterapkan di sekolah. Itu merupakan kemajuan sistem belajar mengajar yang harusnya sudah diterapkan dan dikembangkan di sekolah-sekolah. Apa saja manfaatnya bagi kemajuan sistem pendidikan kita, tentu banyak manfaatnya. Dari efektifnya kegiatan belajar mengajar, suasana kelas yang tidak jenuh, serta membuat para siswa menjadi lebih sadar bahwa pentingnya teknologi bagi kegiatan di sekolah.
14080291671984774341
Semakin kesini akhlak dan sikap pelajar di Indonesia ini sudah mulai luntur, adab semakin dikesampingkan, norma tak lagi dipentingkan. Sebuah kenyataan yang ironis memang, tapi memang begitu kenyataannya. Dari berbagai jenjang pendidikan sama saja tak ada bedanya, SD sudah mulai merokok. Ya, anak SD sekarang sudah berani mencoba menghisap sebatang rokok, bisa dibilang masih dalam masa anak-anak saja sudah berani untuk merokok. SMP berani  melakukan tindak asusila yang sudah jelas-jelas melanggar norma baik agama maupun sosial. SMA/sederajat yang tak hentinya tawuran yang sudah jelas tak ada manfaatnya bagi kedua belah pihak yang bertikai. Masih banyak sekali kasus-kasus dimana hilangnya moral para pelajar di Indonesia. Sebenarnya sekolah itu tidak hanya tempat untuk mencari ilmu dan membuat kita pandai, namun juga wadah kita belajar untuk bermasyarakat dan bersosialisasi di lingkungan sekolah. Melatih kecerdasan intelektual, emosional, serta spiritual kita. Maka dari itu sekolah juga harus memperhatikan aspek sikap dan moral para siswanya, tidak hanya melulu tentang kepandaian dan pintarnya para siswa namun tak ada moral di diri para siswanya.
Nah, pemerintah pun mengeluarkan kurikulum baru untuk pendidikan di Indonesia, yaitu kurikulum 2013. Kurikulum 2013 adalah,  sebuah kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi. Kurikulum ini menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan



Dalam perkembangan dunia pendidikan dewasa ini dapat dikatakan sedang ngetrend-ngetrendnya penggunaan model-model pembelajaran dengan pendekatan PAIKEM. Sehingga pendidikan cara klasik dianggap sudah tidak sesuai dengan perkembangan kondisi jaman saat ini. Dengan demikian otomatis setiap elemen pendidikan termasuk guru harus dapat menyesuaikan dengan trend pendidikan modern saat ini. Pngembangan perangkat pembelajaran seperti RPP, Media, Model pembelajaran semuanya diubah dan disesuaikan dengan standar pendidikan modern yang ’katanya” akan mampu meningkatkan kualitas peserta didik.
Harapan yang begitu tinggi terlebih lagi dengan penerapan kurikulum yang dianggap paling mutakhir yaitu KTSP ternyata belum cukup memberikan jawaban yang memuaskan bagi kondisi pendidikan di indonesia. Problematika yang berkembang justru semakin kompleks dan terasa tiada ujungnya. Secara garis besar dari survey zonainfosemua.blogspot.com dapat disimpulkan bahwa degradasi moral generasi pelajar sekarang jauh lebih buruk dibanding dengan pelajar-pelajar masa pendidikan klasik dulu dengan presentase mencapai 85%. Nah untuk mengetahui lebih jelas, mari kita membanding konsep pendidikan modern dengan pendidikan klasik.

No
Faktor Pembanding
Pendidikan Klasik
1
Y
Penanaman Humanisme dengan cara Anti Kekerasan
Penanaman Humanisme dengan menggunakan Kekerasan dalam taraf wajar.
2
Fungsi Guru
Sebagai Motivator dan Fasilitator.
Pusat segala aktivitas pendidikan baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah.
3
Penerapan Etika
Tergantung pada masing-masing individu peserta didik.
Wajib diterapkan di dalam maupun luar lingkungan sekolah.
4
Punishment and Reward.
berupa himbauan dan apresiasi sesuai dengan kompetensi peserta didik.
Berupa himbauan dan apresiasi sesuai dengan kompetensi peserta didik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar